Showing posts sorted by relevance for query gambar-masjid. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query gambar-masjid. Sort by date Show all posts

Sunday, July 31, 2016

12 Langit-Langit Masjid Yang Memperlihatkan Keindahan Seni Arsitektur Islam

Masjid yakni daerah ibadah umat muslim. Masjid artinya daerah sujud, hal ini tidak mengherankan alasannya yakni ibadah shalat yang dilakukan di masjid terdapat gerakan sujud. Pada zaman keemasan Islam sampai ketika ini, masjid menjadi salah satu media bagi arsitek-arsitek muslim untuk menjajal kebolehan mereka dalam mendesain bangunan.
Umat Islam percaya bahwa Allah menyukai keindahan. Maka para arsitek muslim merancang masjid yang indah sekaligus tidak mengabaikan sisi islaminya. Gambar-gambar di bawah ini yakni atap masjid dari banyak sekali penjuru dunia yang akan menawarkan kepada kita betapa indah seni arsitektur Islam.
1. Masjid Sultan al-Nasir Muhammad ibn Qalawun, Kairo, Mesir
Masjid Sultan al-Nasir Muhammad bin Qalawun yakni masjid periode ke-14 yang dibangun oleh Mamluk Sultan Al-Nasr Muhammad pada tahun 1318. Di masjid inilah Sang Sultan Kairo melakukan sholat Jumat.

2. Alhambra, Granada, Spanyol
 Alhambra yakni kata dalam Bahasa Arab yang berarti merah. Alhambra yakni nama sebuah kompleks istana sekaligus benteng yang megah dari kekhalifahan bani ummayyah di Granada, Spanyol bab selatan (dikenal dengan sebutan Al-Andalus ketika benteng ini didirikan), yang meliputi wilayah perbukitan di batas kota Granada. Istana ini dibangun sebagai daerah tinggal khalifah beserta para pembesarnya.

3. Mausoleum Bahauddin Naqshabandi, Bukhara, Uzbekistan
 Mausoleum Bahauddin Naqshabandi yakni sebuah komplek makam yang besar dan luas. Bahauddin Naqshabandi yakni penggagas adanya tarekat naqshabandiyah, tokoh sufi ini meninggal pada tahun 1389. Di dalamnya terdapat madrasah, dua masjid, dan menara.

4. Masjid Bajram Pasha Isa Beg, Mitrovika, Kosovo
 Masjid Bajram Pasha Isa Beg merupakan masjid terbesar dan paling modern di Kosovo. Masjid ini mempunyai luas 2500 meter persegi, di dalamnya terdapat ruang untuk berguru agama.

5. Dome of The Rock, Palestina
 Kubah Shakhrah atau Dome of the Rock adalah daerah suci umat Islam dan Yahudi. Kompleks ini berada dalam tembok Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur). Kubah Shakhrah ini akibat didirikan tahun 691 M.

6. Masjid Keyseri, Gorazde, Bosnia-Herzegovina
 Masjid Keyseri (Kayseri) dibangun atas kedermawanan orang-orang Turki dari kota Keysari sehingga namanya pun memakai kota Keysari yang ada di Turki. Masjid merupakan yang terbesar di Bosnia-Herzegovina.

7. Masjid Sheikh Zayed, Abu Dhadi, Uni Emirat Arab
Masjid ini dinamai sesuai dengan tokoh besar dibalik pandangan gres pembangunannya, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, tokoh nasional Uni Emirat Arab sekaligus pendiri Negara Uni Emirat Arab.

8. Masjid Nasir Al-Mulk, Shiraz, Iran
Masjid ini dibangun atas perintah Mirza Hasan Ali Nasir al-Mulk , salah satu raja Dinasti Qajar, pada tahun 1876 dan akibat pada tahun 1888.

9. Masjid Saleh, Sana’a, Yaman
Masjid Saleh merupakan masjid terbesar dan paling modern di Sana’a, Yaman. Masjid ini diresmikan pada bulan November 2008 oleh Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, dari beliaulah masjid tersebut mendapat namanya sebagai penghormatan terhadap beliau.

10. Masjid Selimiye, Edirne, Turki
 Masjid Selimiye yakni sebuah masjid kekaisaran Ottoman yang terletak di kota Edirne, Turki. Masjid ini dibangun atas perintah Sultan Selim II, dan dibangun oleh arsitek Mimar Sinan antara 1569 dan 1575.

11. Taj Mahal, India
Taj Mahal terletak di Agra, India. Masjid ini dibangun atas cita-cita Kaisar Mughal Shah Jahan sebagai sebuah mausoleum untuk istrinya yang berjulukan Arjumand Banu Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz Mahal. Pembangunannya menghabiskan waktu 22 tahun (1630-1653) dan merupakan sebuah adi karya dari arsitektur Mughal.

12. Masjid Wazir Khan, Lahore, Pakistan
Masjid ini dibangun selama tujuh tahun, mulai sekitar 1634-1635 Masehi pada masa pemerintahan Kaisar Mughal Shah Jehan. Masjid ini dibangun oleh Wazir Shaikh Ilmuddin Ansari yang dikenal sebagai Wazir Khan Wazir berarti menteri dalam bahasa Urdu dan Persia, dari beliaulah masjid ini mendapat namanya.

Monday, June 6, 2016

Desain Gambar Masjid

Salam Sobat BTgb, selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan 1437 H, kali ini aku akan bagikan gambar Mesjid yang terdiri dari beberapa gambar diantaranya : Gambar Denah, Tampak,dan Potongan. Semoga gambar ini sanggup dimanfaatkan oleh teman BTgb sekalian. Berikut ini gambar-gambarnya :




 selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan  DESAIN GAMBAR MASJID









Baca Juga : Gambar Rumah 2 Lantai





*(BTgb)


Monday, September 26, 2016

Satu Negeri Ikut Ujian


Dr. Fahmi Amhar

Bagaimana suasana Ujian Nasional (UN) tahun ini di tempat Anda?  Semoga baik-baik saja.  kecurangan masih terjadi, sebagian bahkan sistemik, yakni justru didalangi oleh pejabat setempat.  Oleh panitia sentra sudah diatur bahwa setiap ruang mendapat 20 soal yang berbeda, sehingga semakin sulit untuk mencontek, dan semakin usang bila guru pengawas ikut mengembangkan tanggapan buat peserta.  Namun realita, kunci tanggapan untuk ke-20 soal itu tertayang di internet.  Entah apa motivasi yang mengunggahnya, mungkin ia kesal dengan UN secara keseluruhan.

Ketika tahun 1984 dulu EBTANAS Sekolah Menengan Atas dimulai, idenya memang sekadar untuk pemetaan standar pendidikan.  Nilai EBTANAS Murni (NEM) tidak untuk standar kelulusan, tetapi hanya kuat 33 persen hingga maksimum 60 persen.  Saat itu sangat jarang siswa yang mendapat NEM rata-rata di atas 7.  Ketika EBTANAS berganti nama menjadi UN, dan hasilnya dijadikan standar kelulusan, maka dimulailah kecurangan sistemik itu.  Para kepala sekolah atau kepala dinas pendidikan takut kehilangan jabatannya bila nilai UN siswa di bawah tanggung jawabnya jelek.  Mereka kemudian melaksanakan segala cara.

Sekarang ini, kalau anak kita mendapat angka 8 sebagai nilai rata-rata UN, boleh jadi ia akan sulit mendapat sekolah lanjutan, alasannya ialah yang angkanya 9 banyak sekali.  Tetapi tetaplah bersyukur bila itu didapat dengan jujur.  Prof Dr Indra Djati Sidi (mantan Dirjen Dikdasmen) mengatakan, hasil UN yang jujur hanya 20 persen.

Tak heran bahwa banyak dugaan UN ini bukanlah perjuangan serius memetakan dan meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air, tetapi lebih pada proyek bernilai trilyunan rupiah yang sayang jikalau dihapuskan.  Salah satu buktinya, sekolah dengan hasil UN manis justru dikembangkan menjadi RSBI dan mendapat dukungan finansial lebih besar.  Sementara sekolah di tempat terpencil dengan guru terbatas dan murid yang setiap hari harus berjibaku mempertaruhkan nyawa untuk hingga ke sekolah, hanya mendapat perhatian ala kadarnya.

Sebenarnyalah memang naif untuk menilai proses berguru hanya dari beberapa hari UN dan juga dengan soal yang amat terbatas.  Terlalu banyak hal yang tidak bisa dinilai dengan cara menyerupai itu.

Bagaimana kita akan menilai keberhasilan siswa dalam menaklukkan rasa takutnya?  Kedalaman imannya?  Kepekaan nuraninya?  Kepedulian sosialnya?  Kreativitas karyanya?  Daripada nilai UN, masih banyak parameter yang lebih memilih masa depan seorang anak.

Sangat disayangkan bahwa kita jarang menengok bagaimana dulu Negara Khilafah bisa mengangkat peradabannya menjadi mercusuar dunia melalui jalur pendidikan (dakwah). Pendidikan itu kunci kebangkitan peradaban, juga kunci untuk mempertahankan tingkat kemajuan yang telah diraih.  Rahasia mundurnya peradaban Islam juga terletak ketika pendidikan makin diabaikan, sehingga generasi muda makin jauh dari Islam, dan kesannya ketika mereka menduduki pos-pos penting, penerapan Islam menjadi semakin buruk.

 

Paradigma pendidikan Islam ialah menanamkan pada anak kecintaannya kepada ilmu semoga ia menjadi Muslim yang lebih baik.  Iman dan ilmu ialah saudara kembar.  Iman tanpa ilmu itu laksana benih yang tidak tumbuh menjadi pohon.  Ilmu tanpa amal itu laksana pohon yang tidak berbuah.  Sedang amal tanpa ihlas itu laksana buah yang tidak lezat dimakan.

Karena itu setiap Muslim wajib bisa membaca Alquran.  Di sinilah jurang antara Timur dan Barat.  Untuk kitab suci Nasrani, hanya pendeta yang mempunyai akses, membaca dan mengerti bahasa kitab suci.  Namun semenjak 800 M, para pengkhutbah dalam bahasa Latin sudah susah dimengerti orang kebanyakan, alasannya ialah yang menikmati sekolah (berbahasa Latin) hanya selapis tipis rohaniwan.

Ini berbeda dengan Daulah Khilafah yang sangat berkepentingan semoga rakyatnya cerdas.  Pendidikan benar-benar menjadi urusannya.  Anak-anak semua kelas sosial mengunjungi pendidikan dasar, yang terjangkau semua orang.  Mereka harus menguasai semua hal yang fardhu diketahuinya sebelum memasuki usia baligh.

Negara membayar cukup para gurunya. Para guru ini juga orang-orang pilihan yang berdedikasi tinggi, orang-orang yang ingin meninggalkan ilmu yang manfaat dan mencetak bawah umur shalih sebagai investasi amal yang tak akan terputus oleh kematian.

Di banyak tempat, sekolah sama sekali gratis.  Di Spanyol misalnya, selain 80 sekolah umum Cordoba yang didirikan al-Hakam-II pada 965 M, masih ada 27 sekolah khusus untuk bawah umur miskin.  Di Kairo, al-Mansur Qalawun mendirikan sekolah untuk anak yatim, dan menganggarkan setiap hari ransum makanan yang cukup dan satu stel baju untuk demam isu hirau taacuh dan satu stel baju untuk demam isu panas.  Bahkan untuk orang-orang Badui yang berpindah-pindah, dikirim guru yang juga siap berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal muridnya.  Tak ada lagi celah dalam jejaring sekolah menyerupai ini.

Namun pendidikan di Daulah Khilafah tidak terbatas pada pendidikan dasar.  Yang “salah” ialah politik.

Kompetisi antara oposisi dan pemerintah dalam melayani rakyat mengakibatkan tingkat pendidikan cepat terangkat.  Pada abad-10 M, oposisi meluncurkan konsep banyak sekali aktivitas pendidikan untuk lebih menarik dukungan masyarakat dalam mengkritisi pemerintah.  Para oposisi ini merencanakan membangun universitas, tentunya juga bebas biaya.  Maka segera pemerintah mengambil pandangan gres ini, semoga oposisi batal mendapat dukungan.  Hasilnya rakyat di seluruh kota besar menikmati pendidikan tinggi!

Para mahasiswa tinggal di kamar-kamar lantai atas gedung kampus.  Mereka juga mendapat makanan lengkap cuma-cuma, bahkan uang saku.  Di bawah tanah terdapat dapur, gudang dan tempat mandi.  Di lantai dasar ada ruang-ruang berguru dan perpustakaan.  Di situlah dipelajari Quran, Hadits, Bahasa Arab, Sejarah, Sosiologi, Geografi, Logika, Matematika dan Astronomi. Pada pelajaran yang terkait ketrampilan teknologi, disediakan laboratorium yang cukup untuk menguji kemampuan siswa memecahkan masalah. Ini kemampuan psikomotorik, bukan sekadar kognitif (hafalan).  Para aghniya juga berlomba-lomba (fastabiqul khairat) untuk berwakaf membantu kemudahan pendidikan dengan perpustakaan atau observatorium bintang.  Mereka ingin meninggalkan amal jariyah, yang pahalanya juga tidak akan terputus oleh kematian.

Melalui pertanyaan dan debat, mahasiswa dilibatkan dalam proses pembelajaran.  Para mahasiswa tingkat lanjut dan alumni membantu mereka belajar.  Mereka menyerupai “lebah yang sedang meracik madu ilmu dari ribuan bunga pengetahuan”, tulis Sigrid Hunke, sejarawan Jerman dalam Allah Sonne ueber dem Abendland.

Sebagian petani dari desa menitipkan anak mereka ke seorang guru di kota, bersama uang atau hasil bumi untuk biaya hidupnya.  Mereka berharap anaknya akan tumbuh menjadi seorang faqih yang kelak diterima sebagai qadhi atau bahkan syukur-syukur menjadi mujtahid Khalifah.  Anak-anak titipan ini akan menjadi “ajudan” dari sang guru.  Sebagai balas jasa, sang guru akan merawatnya jikalau si anak sakit, bahkan siap menjual keledai satu-satunya jikalau ia perlu membeli obat.

Sebagian ayah memanggil guru ke rumah, biasanya untuk anak berbakat, menyerupai contohnya Ibnu Sina yang di usia 10 sudah hafal Alquran dan kitab-kitab kuno.  Ini tentu mustahil tertampung di sekolah umum.  Setelah ia menamatkan fiqih pada seorang faqih dan aritmetika pada seorang pedagang, ayahnya memanggil Abu Abdullah an-Natsibi, yang populer sebagai filosof.  Tapi tak usang kemudian terbukti sang murid lebih arif dari gurunya.  Baru saja dfgurunya mengajari 5-6 gambar dari kitab geometri karya Euklides, Ibnu Sina melanjutkan sendiri dengan pinjaman kitab syarah.  Selesai kitab Euklid, ia teruskan dengan Almagest dari Ptolomeus, yakni kitab astronomi termasyhur ketika itu.  Itupun tidak lama.  Dia kemudian pindah ke fisika, kemudian di bawah bimbingan Isa bin Yahya al Masihi, ke kedokteran.  Dia diminta membaca buku yang tersulit.  Belakangan ia katakan kedokteran tidak sulit, alasannya ialah ia hanya butuh waktu singkat.  Saat menamatkan semua ini, usianya gres 16!  Maka Sultan memanggilnya untuk menjadi ilmuwan istana.  Dia menambah ilmunya lagi dengan berguru di perpustakaan sultan dan di rumah sakit.  Di usia 18, ia benar-benar menamatkan semua yang sanggup dipelajarinya.

Tentu yang menyerupai Ibnu Sina ini memang luar biasa.  Namun jalan umum untuk berguru ialah di masjid-masjid.  Siapa saja boleh tiba dan pergi, laki ataupun perempuan.  Dan siapa saja boleh menginterupsi para guru untuk bertanya atau membantah.  Ini memaksa para guru untuk mempersiapkan materinya dengan seksama.  Sebenarnya, siapapun yang merasa bisa boleh mengajar.  Namun audiensnya yang selalu siap mengkritik, mencegah orang-orang yang belum matang atau gres setengah matang dalam ilmu untuk memimpin kalimat.

Di masjid-masjid juga biasa didengarkan kalimat dari para ulama yang sedang dalam perjalanan yang singgah di kota itu, terutama ketika demam isu haji.  Dengan demikian para mahasiswa selalu mendapat masukan.  Bahkan juga cepat tahu bila ada karya yang “dicuri” mentah-mentah (plagiarism).  Untuk mengungkap karya orang lain, sanad atau rawi wajib disebutkan.  Dan untuk itu perlu ada ijazah (lisensi) tertulis dari gurunya, bahwa ia layak untuk menjadi sanad dari pengetahuan tersebut.  Inilah mengapa gelar sarjana di timur tengah adalah Lc.dari kata Licentiate – berlisensi untuk menyampaikan.

Sedang untuk profesi tertentu, contohnya tabib, ada suatu komisi yang ditunjuk Khalifah untuk menguji kompetensi orang-orang yang mengklaim mempunyai kemampuan pengobatan.  Mereka akan ditanya, pada siapa mereka belajar, kitab apa yang telah mereka baca dan bagaimana mereka menghadapi suatu kasus.  Kadang, meski orang mengklaim bisa mengobati segala penyakit, oleh komisi ia hanya diberi lisensi untuk mengobati sakit kulit, alasannya ialah terbukti kompetensinya cuma itu.  Ini sudah lebih maju 1000 tahun daripada dunia pengobatan alternatif di Indonesia ketika ini yang tak terang standarnya !

Pada masa itu siapapun boleh kapan saja mengujikan kompetensinya.  Anak-anak rajin menyerupai Ibnu Sina atau Muhammad bin Idris asy-Syafi’i bisa menjadi ilmuwan sekaligus ulama top di usia amat muda alasannya ialah pendidikan Islam berhasil menanamkan pada mereka cinta ilmu, sehingga mereka berguru tiga kali lipat orang normal, dan sistem juga memberi mereka kesempatan mengujikan kompetensinya, tanpa harus menunggu UN.

Sumber : http://mediaumat.com/ 

Tuesday, September 11, 2018

Gambar Autocad Masjid Minimalis



Spesifikasi :
- Panjang                 : 12 meter
- Lebar                     : 12 meter
- Konstruksi             :  Beton
- Tahun                    :  2014
        Bangunan Masjid minimalis dengan luasan 12x12 m, untuk Anggaran biaya menjacapai hampir 1 milyar dikarenakan penggunaan profil dan materi yang elatif mahal. model kubah sendiri berbentuk bawang atau lampion, untuk materi memakai plat steel fnishing enamel. 


Jika ingin mengcopy Artikel ini Silahkan Sertakan Link yang terdapat pada halaman ini.

 Bagi yang membutuhkan rujukan gambarnya dan kesulitan untuk mendownloadnya sanggup menuliskan alamat Email dikomentar dibagian bawah. Terima Kasih

Thursday, October 6, 2016

Saat Sistem Menjaga Orang

Dr. Fahmi Amhar
Pernahkah Anda terlambat shalat?  Sering?  Janganlah ya!.  Pernahkah Anda telat check-in pesawat?  Juga janganlah!  Masalahnya telat check-in sering berarti uang hilang, tapi bagaimana jikalau shalat hingga telat?
Masalah waktu yakni contoh duduk kasus perorangan yang ternyata bisa dijaga dengan suatu sistem.
Dulu, ketika belum ada jam, atau sudah ada jam tetapi belum ada standarnya, maka termasuk susah untuk menjaga ketepatan suatu acara.  Karena tiap orang punya waktu masing-masing.  Saat insan mulai memakai kereta api jarak jauh, mau tidak mau standar waktu harus dibentuk semoga waktu keberangkatan atau kedatangan kereta bisa dipastikan.
Para ilmuwan memikirkan semoga ada sebuah hukum perihal waktu yang sanggup berlaku antara negara, dari soal yang fundamental seperti: sehari dibagi berapa jam, sejam berapa menit, semenit berapa detik, hingga perihal teladan meridian (sekarang di Greenwich), zona waktu, hingga lokasi garis batas tanggal internasional!
Aturan ini kemudian diadopsi dalam banyak sekali undang-undang di banyak sekali negeri.  Undang-undang ini yakni contoh sebuah sistem pada level yuridis.  Sebuah negara biasanya mengeluarkan banyak hukum baik dalam bentuk undang-undang atau peraturan di bawahnya.  Karena diwajibkan oleh organisasi berupa negara, maka terjadilah perubahan sistemik.  Mau tidak mau semua dipaksa ikut “sistem” itu.
Sistem pada level yuridis ini sering harus didetilkan lagi dalam suatu sistem pada level teknis.  Misalnya, kapan jam mencar ilmu di sekolah mulai, kapan jam buka/tutup toko, kapan kereta berangkat, dsb.
Sistem pada level teknis ini pun sering harus dipaksakan lagi dalam bentuk sistem pada level mekanis, semoga subyektifitas insan bisa diminimkan lagi.  Dibuatlah bel otomatis yang akan berbunyi ketika sekolah akan dimulai, atau lampu yang akan menyala sendiri ketika toko akan buka/tutup, bahkan pintu kereta yang akan menutup sendiri ketika saatnya harus berangkat.  Semua orang yang berada di situ dipaksa oleh sistem semoga mereka disiplin.
Kaum Muslim mempunyai donasi yang luar biasa dalam teknologi sistem pada level mekanis ini.
Teknologi jam dimulai oleh para astronom. Ini sebab pengamatan obyek langit sangat tergantung penunjuk waktu yang akurat.  Berbagai jam telah dibuat, namun secara umum terdiri dari tiga prinsip penunjuk waktu: fenomena astronomi (jam matahari), fatwa air (jam air), dan fungsi mekanik (komputer analog).  Pada era modern, ditemukan jam quartz dan jam atom.

Jam Astronomi
Penunjuk waktu ini tergantung dari gerak matahari.  Sebuah paku saya melempar bayangannya ke sebuah permukaan lengkung yang berisi garis dan kurva, dan dengan sedikit latihan kita akan sanggup membaca tanggal dan jam.  Di beberapa pesantren dan masjid di Indonesia, masih bisa dijumpai jam semacam ini.  Di masa lalu, astronom Muslim bahkan menyebarkan jam-jam matahari untuk penghias taman istana-istana di Eropa.
Jam astronomi yang lebih portabel (bisa dibawa kemana-mana) yakni astrolab.  Pada abad-10, al-Sufi menuliskan lebih dari 1000 macam penggunaan astrolab, termasuk untuk menghitung waktu shalat dan awal Ramadhan.

Jam Air
Jam air ditulis pertama kali oleh Ibn Khalaf al-Muradi dalam “Kitab Rahasia-Rahasia” pada tahun 1000 M.  Kitab ini disimpan pada Museum of Islamic Art di Doha, Qatar.  Namun banyak desain jam air yang spektakuler dilakukan Al-Jazari (1206 M).  Salah satu di antaranya mempunyai tinggi sekitar satu meter dan lebar setengah meter. Jam ini mengatakan gerakan dari model matahari, bulan dan bintang-bintang.  Inovasinya adalah, sebuah jarum yang ketika melewati puncak perjalanannya akan menciptakan pintu terbuka setiap jam.  Jam orisinil al-Jazari ini berhasil direkonstruksi dan dipamerkan di Science Museum London pada tahun 1976.  Selain jam ini al-Jazari juga menciptakan jam air yang berbentuk gajah.
lJam Mekanik
Jam mekanik memakai prinsip gerak yang sanggup diatur perlahan dan teratur, contohnya pegas atau bandul.  Yang menarik, pada tahun 1559, Taqiuddin as-Subkhi, seorang astronom Utsmani dikala itu sudah mendesain banyak sekali jam mekanik yang dilengkapi dengan suatu alarm, contohnya untuk aktivis teleskop, sehingga akan sangat memandu astronom dalam mengamati obyek langit, contohnya yang mendekati meridian.  Dia menulisnya dalam bukunya “Al-Kawākib al-durriyya fī wadh' al-bankāmat al-dawriyya” (The Brightest Stars for the Construction of Mechanical Clocks).
Ada juga jam mekanik yang sudah digabung dengan kalender lunisolar (gabungan bulan dan matahari).  Ini yakni embrio dari komputer analog.  Ibn as-Syatir pada awal abad-14 menciptakan jam yang menggabungkan penunjuk hari universal dan kompas magnetik untuk memilih jadwal shalat dalam perjalanan.  Semakin hari jam karya insinyur Muslim semakin teliti.  Abad-15 M, mereka sudah bisa menghasilkan jam yang sanggup mengukur hingga detik.  Presisi dalam penunjuk waktu berarti akurasi dalam navigasi, dan ini yakni modal keunggulan dalam jihad fi sabilillah, terutama di lautan.
Tinggal apakah sistem mekanis ini dioperasikan atau tidak, tergantung yang mengendalikan, “man behind the gun”.  Seorang kepala sekolah sanggup saja dengan suatu alasan menonaktifkan bel sekolah otomatisnya.  Demikian juga dengan pemilik toko atau masinis kereta.  Dampaknya tentu saja juga sistemik, meskipun lokal.  Ini adalah sistem pada level simpel (pelaksana).  Sistem pada level ini biasanya paling gampang diubah, begitu ganti orang, sistem bisa dengan cepat ikut diganti.
Namun di atas sistem pada level juridis, itu bekerjsama ada sistem pada level politis.  Kenapa khilafah pada tahun 1884 ikut hadir dan menyetujui Konferensi Meridian yang mengadopsi Greenwich sebagai acuan?  Ini tidak lepas dari eksklusif Sultan Abdul Hamid II yang mempunyai pemahaman yang tajam, bahwa Konvensi itu hanya janji perihal hukum teknis, bukan soal syar’i.  Demikian juga mengapa kaum Muslimin mencar ilmu menciptakan banyak sekali jenis jam dari bangsa Yunani, Persia atau Cina, juga tak lepas sistem politis khilafah yang mendorong kaum Muslimin untuk mencuri teknologi dari manapun.  Sistem politis yang sempurna akan menjaga semoga teknologi tetap dikembangkan dan dipakai secara syar’i.
Ketika sistem pada level politis membusuk, maka banyak sekali level sistem di bawahnya ikut membusuk.  Undang-undang tidak dimutakhirkan, atau dimutakhirkan tetapi malah jadi tidak syar’i, karenanya hukum teknisnya juga tidak punya payung yang tepat.  Selanjutnya mau dibentuk mekanis juga malah menzalimi orang.  Dan sudah sanggup dipastikan, pelaksananya akan bimbang.  Pada kondisi ini, maka sistem harus diganti.  Tetapi kita wajib tahu, pada level mana duduk kasus yang dihadapi, semoga penggantian sistem ini sanggup dilakukan dengan sempurna dan cepat.
Sistem pada level politis kadang kala sangat kompleks, sebab tak hanya menyangkut kasus di dalam negeri tetapi juga luar negeri, tidak hanya soal pejabat negara namun juga pandangan hidup rakyat yang membelanya.  Kalau harus sudah pada tataran ini yang harus diubah, maka kita bicara sistem pada level ideologis.
Dalam sejarah panjang khilafah, perubahan-perubahan yang ada gres hingga ke sistem level politis.  Perubahan sistem secara ideologis hanya terjadi sekali ketika khilafah dibubarkan oleh Mustafa Kamal pada tahun 1924.

Gambar 1. Jam matahari di taman istana Schoenbrunn, Wina
dibuat dengan konsep dari Ibnu As-Syatir
Astrolab saku

Gambar 2. Jam gajah dari Kitab karangan Al-Jazari pada 1206.  Ia memakai regulator aliran, suatu loop tertutup.

Sumber : http://www.mediaumat.com

Sunday, October 2, 2016

Mencari Ilmu Yang Paling Utama

Dr. Fahmi Amhar

Apakah ilmu yang paling utama untuk dipelajari umat Islam?  Dalam beberapa kali seminar ihwal peradaban Islam, di mana disampaikan banyak sekali prestasi sains dan teknologi umat Islam di masa Khilafah, sering muncul pertanyaan, “apakah itu ilmu-ilmu yang paling utama, yang akan mendekatkan kita kepada Allah?”

Di sisi lain ada fenomena di antara calon mahasiswa (Muslim) yang resah ketika menentukan jadwal studi di perguruan tinggi tinggi.  Ada di antara mereka yang bertanya, “Ustadz, keahlian apa yang paling utama kalau nanti Khilafah tegak kembali, aku ingin mengambil jadwal studi itu saja”.  Sementara itu ada fenomena, sebagian mahasiswa Muslim di universitas favorit -  justru mereka yang berprestasi - telah menentukan berhenti kuliah dengan alasan mereka merasa telah “tersesat”, lantaran berguru ilmu-ilmu “sekuler” (seperti kedokteran atau teknik), sementara ilmu-ilmu yang terkait kebahagiaan dunia dan darul abadi (yaitu ilmu-ilmu agama) belum cukup mereka teguk.

Di dunia pendidikan sendiri rupanya, soal ilmu apa yang paling utama diajarkan ke anak didik ini, masih terus diperdebatkan.  Anak-anak sekolah dasar kita tampak kelebihan beban, bahkan dalam arti harfiah.  Di beberapa sekolah dasar Islam, tas ransel yang dibawa siswa SD itu sangat berat.  Untuk pelajaran bahasa saja, mereka harus berguru empat bahasa: Indonesia, Inggris, Arab dan bahasa daerah.  Kementerian Pendidikan bermaksud memangkas sejumlah pelajaran, bahkan termasuk IPA yang akan dimasukkan ke pelajaran Matematika, dan IPS akan dimasukkan ke pelajaran Bahasa Indonesia.

Maka menyerupai apakah para ulama terdahulu itu mencari ilmu dan mengetahui ilmu yang paling utama itu, sehingga kemudian mereka bisa menguasai sains dan teknologi pada usia yang sangat muda dan sangat produktif menghasilkan kreasi-kreasi gres pada zamannya?

Kita harus melihat bahwa keadaan masyarakat zaman Khilafah masih tegak dengan kini sangatlah berbeda.

Pada masa itu, pendidikan masih mempunyai visi dan misi yang sangat jelas.  Mereka ingin mencetak generasi hamba Allah yang taat, menjadi umat terbaik untuk dihadirkan ke tengah manusia, dan cakap memberi rahmat ke seluruh alam.  Oleh alasannya ialah itu, seluruh pelajaran dan bidang ilmu dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi diarahkan ke sana.

Dari segi prioritas juga sangat jelas: amal yang fardhu ‘ain bagi seseorang, maka mempelajari ilmunya juga fardhu ’ain.  Amal yang fardhu kifayah, ilmunya juga fardhu kifayah.  Amalan sunnah, ilmunya juga sunnah.  Demikian seterusnya untuk yang mubah, makruh dan haram.  Karena itu, berguru cara menciptakan khamr atau ilmu tenung, hukumnya terang haram.

Adapun ilmu yang fardhu ‘ain itu cukup banyak.  Ilmu ihwal tatacara ibadah mahdhoh (thaharah, shalat, puasa) atau ihwal keyakinan dasar, mengetahui halal-haram sehari-hari, membaca Alquran, bahasa Arab dasar, itu fardhu dipelajari sebelum seseorang baligh. Untuk perempuan hamil, ialah fardhu ‘ain berguru soal tatacara merawat dan menyusui bayi.  Orang yang akan diangkat dalam suatu jabatan atau memangku sebuah profesi, maka fardhu ‘ain baginya mempelajari segala sesuatu yang terkait jabatan atau profesi itu.  Tidak bisa diterima orang yang diangkat sebagai sekretaris tapi belum bisa membaca atau menulis.  Atau orang diangkat sebagai kepala tempat tapi buta soal geografi, hukum, seluk beluk birokrasi atau wawasan politik.

Di sisi lain, sebagian besar ilmu bergotong-royong masuk kategori fardhu kifayah.  Ilmu keyakinan dalam kedalamannya, ilmu fiqih dan ushul fiqih dalam kedalamannya, ilmu tafsir dan hadits, ilmu mengurus jenazah, bahasa dan sastra Arab, dan juga sains dan teknologi dalam kedalamannya, mulai dari teknik menciptakan sumur hingga merancang pesawat, dari menjahit baju hingga menjahit luka sebagai dokter bedah, ialah ilmu-ilmu yang bila di suatu wilayah tidak cukup jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan umat, maka semua yang belum terlibat masih berdosa.

Oleh alasannya ialah itu menjadi jelas, bahwa ilmu yang paling utama untuk diajarkan di pendidikan dasar ialah ilmu-ilmu fardhu ‘ain untuk menyambut bakir baligh.  Termasuk yang ditanamkan semenjak dini ialah kecintaannya pada ilmu, pada para ilmuwan, dan pada proses pembelajaran.  Wahyu pertama ialah soal membaca, bab paling penting dalam belajar.

Dan itu pula yang terjadi dengan para ilmuwan di masa lalu.  Nyaris seluruhnya bahkan telah hafal Quran sebelum 10  tahun. Sedang bahasa Arab telah menjadi bahasa sehari-hari semenjak Negara Khilafah melayani tempat kelahirannya. Sedang minat mereka dalam mencari ilmu telah menyala-nyala.  Sebagian mereka bahkan sudah merampungkan ilmu fardhu ‘ain-nya jauh sebelum baligh (yang paling lambat usia 15 tahun), sehingga mereka sudah bisa fokus pada banyak sekali ilmu fardhu kifayah yang diperlukan umat.

Maka bisa dipahami bahwa tokoh-tokoh menyerupai Ibnu Sina (980-1037), al-Idrisi (1100–1165), Ibn Battutah (1305-1368) dan Mimar Sinan (1489-1588), itu jumlahnya ketika itu tidak sedikit.

Ibnu Sina di usia 10 sudah hafal Quran dan kitab-kitab kuno.  Setelah ia menamatkan fiqih pada seorang faqih dan aritmatika pada seorang pedagang, ayahnya memanggil Abu Abdullah an-Natsibi, yang populer sebagai filosof dan matematikawan.  Tapi tak usang kemudian terbukti sang murid lebih pintar dari gurunya.  Baru saja gurunya mengajari 5-6 gambar dari kitab geometri karya Euklides, Ibnu Sina melanjutkan sendiri dengan pemberian kitab syarah.  Selesai kitab Euklid, ia teruskan dengan Almagest dari Ptolomeus, yakni kitab astronomi termasyhur ketika itu.  Itupun tidak lama.  Dia kemudian pindah ke fisika, kemudian di bawah bimbingan Isa bin Yahya al Masihi, ke kedokteran.  Dia diminta membaca buku yang tersulit.  Belakangan ia katakan kedokteran tidak sulit, lantaran ia hanya butuh waktu singkat.  Saat menamatkan semua ini, usianya gres 16!  Maka Sultan memanggilnya untuk menjadi ilmuwan istana.  Dia menambah ilmunya lagi dengan berguru di perpustakaan sultan dan di rumah sakit.  Di usia 18, ia benar-benar menamatkan semua yang sanggup dipelajarinya.

Al-Idrisi pada usia muda ia sudah gemar bepergian ke tempat-tempat yang jauh, ke Eropa, Asia dan Afrika, untuk mengumpulkan sendiri data dan fakta geografi.  Walhasil, pada usia di bawah 30 tahun, ia sudah menulis kitab geografi berjudul “Nuzhat al Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afat” (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala). Kitab ini kuat di Barat sehingga diterjemahkan menjadi  “Geographia Nubiensis”.

Sedang Ibn Battutah ialah ulama, qadhi, penjelajah dan geografer. Hingga wafatnya ia telah melawat sejauh 117.000 km, mencakup seluruh dunia Islam yang telah dikenal dan selebihnya, semenjak dari Afrika Barat, Afrika Utara, Eropa Selatan, Eropa Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, hingga Cina.  Total 44 negara modern telah ia jelajahi, jauh melampaui penjelajah paling top hingga ketika itu yaitu Marco Polo.  Dan ia memulainya pada usia 20 tahun!

Kemudian Mimar Sinan, arsitek Daulah Utsmaniyah ketika wafat pada usia hampir 100 tahun, ternyata telah membangun 94 masjid besar, 52 masjid kecil, 57 sekolah tinggi, 48 pemandian umum (hamam), 35 istana, 20 rest area (caravanserai), 17 dapur umum (imaret), 8 jembatan besar, 8 gudang logistik (granisaries), 7 sekolah Alquran, 6 susukan air (aquaduct), dan 3 rumah sakit.

Orang-orang ini telah berhasil mempelajari ilmu dari yang paling utama, di negeri yang menerapkan politik yang utama.

Sumber : http://www.mediaumat.com/

Saturday, February 9, 2019

Hukum Game Mobile Legend



Tanya :
Assalamu'alaykum Afwan jiddan ustadz, Mau tanya bgmn aturan brmain game online yg skrng sdang marak di klangan masyarakat sprti game mobile legend yg gmbarnya pun terlihat tak sopan.??
Jazakumullah

Jawaban :

Waalaykumussalaam Warahmatullaah wabarakaatuh..

Game Mobile Legend memang sedang digandrungi ketika ini. Sependek pemahaman kami, game tersebut ialah produk game salah satu negara di Asia Tenggara, dimana bentuk game dan contoh permainannya ialah perang antar pasukan.

Jika dilihat, memang ada beberapa model dalam game tersebut yang kurang pantas. Hendaknya para orang bau tanah memperhatikan permainan anak anak mereka.

Yang jelas, permainan ini dengan segala macam jenis dan motivasinya ialah sama saja, yakni sama-sama lahwun wa la’ibun (sesuatu yang melalaikan dan permainan), dan Allah Ta’ala menyebut segala kesenangan dunia dengan sebutan mata’ul ghurur (kesenangan yang menipu).

Ada pun Dinul Islam ialah agama yang mengecam segala bentuk perbuatan yang melalaikan dan hiburan yang membuat hati lupa dengan akhirat.

“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, suplemen dan bermegah- megah antara kau serta berbangga-bangga perihal banyaknya harta dan anak, ibarat hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian flora itu menjadi kering dan kau lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di alam abadi (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allaah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid [57]: 20)

Rasulullaah juga memberi aba-aba mendalam berkenaan kehidupan dunia yang fana ini,

يا أمة محمد والله لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا..

"Wahai Ummat Muhammad! Demi Allaah, Seandainya kalian mengetahui apa yang saya ketahui, pasti kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.." (HR. Al Bukhari No. 1044)

Dunia Sementara, sedang Akhirat ialah Selamanya.

Lantas, apakah itu berarti Islam mengharamkan segala bentuk permainan yang diciptakan insan untuk mereka atau untuk bawah umur mereka, walau dilakukan hanya sesekali saja?

Pada dasarnya kasus keduniaan terkait dengan benda, ialah halal kecuali ada dalil yang terang dan pasti perihal haramnya. Terdapat kaidah fiqh yang berbunyi :

الأصل في الأشياء الإباحة حتى يدل الدليل على التحريم

"Hukum asal segala sesuatu (benda) ialah boleh, hingga ada dalil yang memperlihatkan keharamannya". (Imam As-Suyuthi, Al Asybah wa An Nadza'ir, hal. 108).

Kaidah ini, berasal dari penggalian para ulama terhadap nash-nash syariat. Kaidah ini bukan kaidah yang dibentuk sembarangan dan tidak bermuatan liberal. Sandaran nash kaidah ini ialah ayat dan hadits. Diantaranya :

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kau dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, kemudian dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah [2]: 29)

Imam As- Syawkani rahimahullah dalam Fathul Qadir-nya memperlihatkan catatan mengenai surat Al Baqarah ayat 29 ini :

قال ابن كيسان: “خلق لكم” أي من أجلكم، وفيه دليل على أن الأصل في الأشياء المخلوقة الإباحة حتى يقوم دليل يدل على النقل عن هذا الأصل، ولا فرق بين الحيوانات وغيرها مما ينتفع به من غير ضرر، وفي التأكيد بقوله: “جميعاً” أقوى دلالة على هذا

Berkata Ibnu Kaisan (yakni Thawus):

"Kalimat -kholaqo lakum- Menjadikan untuk kalian" yaitu lantaran kalian. Di dalamnya ada dalil bahwa aturan asal dari segala sesuatu ciptaan ialah mubah (boleh) hingga tegaknya dalil yang memperlihatkan perubahan aturan asal ini. Tidak ada perbedaan antara hewan-hewan atau selainnya, dari apa-apa yang dengannya membawa manfaat, bukan kerusakan.

Hal ini dikuatkan lagi dengan firman-Nya : "jami’an -Semua-", yang memperlihatkan penunjukkan maksud yang lebih besar lengan berkuasa dalam hal ini. “ (As-Syawkani, Fathul Qadir, 1/ 64).

Selain ayat di atas, kaidah ini juga dikuatkan oleh hadits berikut :

الحلال ما احل الله في كتابه والحرام ما حرم الله في كتابه وما سكت عنه وهو مما عفا عنه

“Yang halal ialah apa yang Allaah halalkan dalam kitab-Nya, yang haram ialah yang Allaah haramkan dalam kitab-Nya, dan apa saja yang di diamkan-Nya, maka itu termasuk yang dimaafkan.” (HR. At Tirmidzi No. 1726.)

Juga hadits yang berkenaan dengan penyerbukkan kurma, ketika salah seorang sobat bertanya mengenai kasus ini terhadap Nabi. Sabda Nabi ketika itu ialah :

أنتم أعلم بأمر دنياكم

"Kalian lebih mengetahui urusan Dunia kalian." (HR. Muslim No. 4358)

Syaikh Wahbah Zuhaili rahimahullaah :

فللعلماء المختصين الإجتهاد فيها، عملا بأن الأصل في الأشياء النافعة هو الإباحة، وفي الأشياء الضارة هو الحظر والمنع.

"Maka bagi para Ulama yang pakar, untuk berijtihad dalam urusan ini(urusan yang berkenaan dengan benda, yang tidak terdapat dalil syar'i yang mendetail). Tentu hal ini dilakukan lantaran aturan asal segala sesuatu yang bermanfaat, ialah boleh. Dan asal segala sesuatu yang mengakibatkan madhorot, ialah terhalang dan terlarang." (Az-Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 8/6335. Maktabah Syamilah)

Karena itu, game serta hiburan dalam HP ini masih terkategori sebagai kasus yang boleh, kalau tidak ada pelanggaran syari'at di dalamnya.

Kalau begitu, bagaimana dengan hadits yang melarang permainan - permainan?

Dari Jabir Ibn ‘Umair radhiyallahu ‘anhu, sebenarnya Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

كُل شَيْءٍ لَيْسَ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَل فَهُوَ لَهْوٌ أَوْ سَهْوٌ إِلاَّ أَرْبَعَ خِصَالٍ : مَشْيُ الرَّجُل بَيْنَ الْغَرَضَيْنِ ، وَتَأْدِيبُهُ فَرَسَهُ ، وَمُلاَعَبَةُ أَهْلِهِ ، وَتَعَلُّمُ السِّبَاحَةِ

“Segala hal selain dzikir kepada Allaah ‘Azza wa Jalla ialah termasuk permainan dan kelalaian, kecuali empat hal : berlatih panah, melatih kuda, bergurau dengan isteri, dan berguru berenang.” (HR. Ath Thabrani No. 1760.)

Dalam hadits ini hanya dibatasi empat macam permainan, seolah-olah selain empat hal ini ialah perbuatan yang lalai dan bathil.

Sebenarnya, berdalil dengan hadits untuk mengharamkan permainan-permainan ialah kurang tepat. Sebab, pada kenyataannya masih ada permainan lain yang tidak disebutkan dalam hadits ini, dan itu diperbolehkan Nabi.

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari mengenai orang orang Habasyah yang bermain tarian pedang di masjid Nabawi ketika hari raya dan ketika itu Rasulullah dan ‘Aisyah pun melihatnya. Jelas sekali, permainan Habasyah ini ialah selain empat hal di atas. Dan Rasulullaah mendiamkan perbuatan mereka(yang berarti ini pecahan dari taqrir Rasulullaah, memperlihatkan boleh).

Maka, hadits ini sama sekali tidaklah memperlihatkan terlarang atau tercelanya permainan selain empat jenis itu.

Berkenaan dengan gambar, maka kita pastikan, apakah dalam game tersebut benar benar terdapat gambar/adegan yang tidak pantas ketika dimainkan atau tidak?

Jika iya, maka hal ini berbahaya bagi akhlaq dan kepribadian seorang Muslim, terlebih bagi anak anak generasi penerus kita.

Miris, ketika sebagian orang bau tanah dengan gampang memperlihatkan anak banyak sekali fasilitas; dimana akomodasi itu disadari atau tidak melalaikan anak dan membuat anak kecanduan hiburan serta mempunyai abjad pemalas. Tentu ini melemahkan mental dan kepribadian generasi kaum muslimin dan ini ialah kesalahan fatal dari para orang tua!

Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah memberikan beberapa prinsip dalam memanfaatkan permainan, dengan sebagai berikut :

(1) أن لا يشغل عن واجب من واجبات الدين.

(2) أن لا يخالطه قمار

(3) أن لا يصدر أثناء اللعب ما يخالف شرع الله.

Pertama. Tidak membuatnya sibuk sehingga lupa dari kewajiban-kewajiban agama.

Kedua. Tidak dicampur dengan taruhan.

Ketiga. Ketika bermain tidak terjadi hal-hal yang berselisihan dengan syariat Allah Ta’ala. (Fiqhus Sunnah, 3/514)

Bukan hanya rambu-rambu ini, mungkin sanggup ditambahkan dengan :

Keempat. Tidak dilakukan secara berlebihan dan keseringan alasannya ialah akan membuat candu dan ketergantungan.

Kelima. Tidak hingga melupakan pekerjaan yang lebih bermanfaat.

Keenam. Tidak dicampur dengan perkataan kasar, sumpah serapah, dan bohong.

Ketujuh. Dilakukan di daerah pantas, bukan daerah yang menurunkan martabat.

Prinsip ini setidaknya menjadi filter, akan apa yang boleh menjadi hiburan bagi kita dan anak anak kita. Dalam hal ini, game mobile legend ini harus difilter terlebih dahulu dengan rambu rambu diatas.

Semoga Allaah Ta'ala menjaga kami, antum dan kaum Muslimin dari hiburan yang melalaikan..

Wallaahul musta'aan.

Sumber : www.instagram.com/ngaji_fiqh

____________________________________

Silahkan Share dengan mencantumkan sumber Muslimah Pengukir Peradaban
____________________________________

LIKE dan FOLLOW

Channel telegram : t.me/m2pid
Fanpage : https://www.facebook.com/muslimahpasuruanraya/
Instagram : @m2p_id
____________________________________