Sunday, June 12, 2016

Masjid Selimiye: Karya Termasyhur Dari Mimar Sinan

Kesultanan Turki Usmani merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada final periode ke Masjid Selimiye: Karya Termasyhur dari Mimar Sinan

Kesultanan Turki Usmani merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada final periode ke Masjid Selimiye: Karya Termasyhur dari Mimar Sinan

Kesultanan Turki Usmani merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada final periode ke Masjid Selimiye: Karya Termasyhur dari Mimar Sinan

Kesultanan Turki Usmani merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada final periode ke-13 hingga awal periode ke-20. Di bawah kepemimpinan Sultan Selim I dan Sultan Sulaiman pada periode ke-16 M, Dinasti Usmani berhasil mencapai puncak kejayaannya. Saat itu, wilayah kedaulatannya membentang dari Aljazair di sebelah barat hingga Azerbaijan di sebelah timur dan Yaman di sebelah selatan hingga Hungaria di sebelah utara. 

Dengan kata lain, 43 negara dari tiga benua yang ada ketika ini pernah dikuasai Dinasti Usmani. Puncak kejayaan Usmani mengantarkannya pada periode klasik. Pada periode inilah Dinasti Usmani memfasilitasi kesultanannya dengan aneka macam sarana pemerintahan dan sarana publik berupa bangunan-bangunan bernilai tinggi.

Sampai sekarang, jejak-jejak era keemasan Usmani masih sanggup dirasakan melalui karya-karya arsitektur yang tersebar di aneka macam penjuru wilayah kedaulatannya, terutama di Turki. Proyek pembangunan Dinasti Usmani pada era tersebut tidak sanggup lepas dari kiprah seorang jenius berjulukan Mimar Sinan yang kala itu menjabat sebagai kepala arsitek dan teknik sipil Kesultanan Usmani. 

Ia melakukan tugasnya pada masa kepemimpinan Sultan Sulaiman, Sultan Selim II, dan Sultan Murad III.  Merujuk pada goresan pena Sai Mustafa Celebi yang berjudul Tezkiretul Ebniye, semasa hidupnya, Mimar Sinan telah mengepalai pendirian 476 buah bangunan berupa masjid, sekolah, pemandian, istana, jembatan, madrasah, rumah sakit, dan aneka macam sarana lainnya. 

Di antara gugusan karyanya tersebut terdapat sebuah bangunan monumental yang diakui oleh Mimar Sinan sendiri sebagai karyanya paling termasyhur, yaitu Masjid Selimiye. 
Masjid Selimiye dibangun di Kota Edirne. Menurut catatan Evliya Celebi, seorang penjelajah asal Kesultanan Usmani, dipilihnya Edirne sebagai tempat pembangunan masjid tersebut didasarkan pada mimpi Sultan Selim II. Di dalam mimpinya, Nabi Muhammad SAW memerintah Sang Sultan untuk membangun sebuah masjid besar di Edirne, kota yang berdasarkan mimpi itu dilindungi oleh Nabi Muhammad. 

Alasan lainnya menyatakan bahwa para sultan terdahulu telah mendirikan begitu banyak masjid besar di Turki wilayah timur, sedangkan gres sedikit saja yang berada di wilayah sebelah barat. Padahal, tempat ini mempunyai kiprah yang sangat penting, khususnya Kota Edirne yang menjadi gerbang penghubung antara daratan Turki dengan Benua Eropa. Oleh alasannya itu, dipilihnya Edirne sebagai tempat pembangunan masjid ini dianggap sebagai pilihan yang sangat bijak.

Sultan Selim II sebagai pemrakarsa masjid memercayakan proses perancangan dan pembangunannya kepada Mimar Sinan. Sang Arsitek hingga membutuhkan waktu delapan tahun untuk menyendiri dan memikirkan rancangan masjid yang akan menjadi karya terbesarnya itu. Pembuatan pondasinya saja membutuhkan waktu dua tahun. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan permukaan dan tekstur tanah di lokasi pendirian masjid. 

Proyek pembangunan masjid yang dikerjakan oleh 14.400 pekerja ini menghabiskan dana sebesar 4,58 juta keping emas. Pengerjaannya  dimulai tahun 1568 dan selesai pada 27 November 1574, tetapi masjid ini gres dibuka untuk umum pada tanggal 14 Maret 1575, tiga bulan sehabis Sultan Selim II mangkat. Sang Sultan tidak sempat meresmikan masjid yang telah diprakarsainya itu.

Tandingan Hagia Sophia
Dahulu terdapat sebuah ungkapan dari kalangan arsitek Katolik yang menyatakan bahwa tidak akan ada seorang pun arsitek Muslim yang sanggup membangun kubah sebesar kubah Hagia Sophia di Istanbul. Pandangan negatif inilah yang menjadi motivasi bagi Mimar Sinan untuk membangun Masjid Selimiye. 

Dengan berdirinya masjid ini, alhasil ajukan dari para arsitek Katolik itu pun terpatahkan. Mimar Sinan berhasil mendirikan Masjid Selimiye yang mempunyai kubah berdiameter 31 meter, setara dengan kubah Hagia Sophia.  Tinggi kubah utama dari lantai dasar Masjid Selimiye ialah 42 meter. 

Kubah utama ini mempunyai penampang berbentuk persegi delapan yang masing-masing sudutnya ditopang oleh delapan pilar besar. Bagian antara dasar kubah dengan kedelapan pilar tersebut diisi oleh muqarnas (ornamen berbentuk stalaktit). Di bawahnya, empat buah half-dome (kubah terpotong) ditempelkan pada keempat sisi penampang kubah utama dan sebuah half-dome lainnya menaungi ruang mihrab.

Dengan demikian, apabila dilihat dari atas, rangkaian kubah terpusat Masjid Selimiye terlihat mirip seekor kura-kura. Jumlah half-dome dan kubah kecil yang menaungi ruang shalat utama masjid terbilang sangat sedikit. Hal ini menciptakan kubah raksasa yang berada di sentra bangunannya terlihat sangat dominan.

Seperti masjid bergaya Usmani lainnya, Masjid Selimiye mempunyai halaman berbentuk persegi panjang dengan sebuah tempat wudhu berupa air mancur (sardivan) di tengahnya. Area terbuka ini dikelilingi oleh portico (teras berpilar) yang beratapkan 18 kubah. Portico Masjid Selimiye mempunyai 16 pilar. Menurut para ilmuan, pilar-pilar tersebut berasal dari Mesir, Siprus, Syria, dan Turki. Halaman dengan gaya sepeti ini mengadopsi bentuk peristyle pada halaman bergaya Romawi Kuno atau bentuk sahn pada bangunan-bangunan di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Pada keempat sudut masjid bediri empat buah menara setinggi 84 meter. Masing-masing menara mempunyai tiga buah balkon. Dua menara di antaranya mempunyai tiga buah pintu tangga yang menuju pribadi pada ketiga balkonnya. Artinya, terdapat tiga jalur tangga yang berbeda pada sebuah menara. Hal tersebut merupakan bukti lain dari kejeniusan seorang Mimar Sinan.

Ruang utama masjid terdiri dari dua lantai, yaitu lantai dasar sebagai tempat shalat utama dan lantai atas berupa balkon yang mengelilingi ruangan utama. Rancangan mirip ini ialah ciri khas masjid berarsitektur Turki Usmani.

Masjid Selimiye diterangi oleh 384 buah jendela. Ratusan jendela itu terbagi ke dalam lima tingkatan. Jendela-jendela pada tingkat terbawah dan tingkat kedua menerangi lantai dasar dan balkon masjid. Barisan jendela pada tingkat ketiga dan keempat merupakan jendela-jendela clerestory (jendela pada dinding atas) yang cukup banyak membiaskan cahaya alami ke dalam masjid. 

Pada tingkat kelima terdapat gugusan jendela kubah yang menerangi interior kubah masjid. Sinan memakai beling jendela berwarna terperinci untuk memperlihatkan efek pencahayaan yang maksimal pada interiornya.  Interior masjid didominasi oleh Marmer berwarna putih dan coklat muda dari Pulau Marmara serta ubin-ubin keramik yang berasal dari Kota Iznik. 

Berbagai ornamen kaligrafi karya Hasan Celebi, hiasan arabes, dan muqarnas khas corak Usmani klasik pun turut menghiasi interior dan eksteriornya. Hampir seluruh lengkungan antarpilar yang terdapat pada Masjid Selimiye terdiri dari voussoir (balok-balok pembentuk lengkungan) berwarna merah dan putih yang disusun secara berselingan.

Di dalam masjid, sempurna di tengah ruang shalat utama terdapat mahfil muazin, yaitu bangunan ibarat panggung yang berfungsi sebagai tempat untuk mengumandangkan azan. Mahfil muazin di Masjid Selimiye mempunyai tinggi 2,4 meter dan ditopang oleh 12 tiang kecil dengan lengkungan berukir. Letak mahfil yang berada sempurna di bawah kubah utama ini sempat menjadikan kontroversi alasannya biasanya mahfil muadzin diletakkan di pinggir ruang shalat utama.

Sinan meletakannya sempurna di tengah biar tidak mengganggu kesimetrisan masjid. Di bawah mahfil muadzin, Sang Arsitek menempatkan sebuah air mancur kecil sebagai metafora jiwa dari kubah raksasa yang sempurna berada di atasnya.

Mihrab Masjid Selimiye terletak pada sebuah ceruk yang menonjol keluar mirip apse pada bangunan gereja. Mihrab ini terbuat dari pahatan kerikil marmer monolitik yang dihiasi ornamen geometri dan kaligrafi. Sebuah mimbar bertangga yang sangat tinggi terletak di sebelah kanan ceruk mihrab. 

Mahfil sultan sebagai tempat shalat sultan dan para petinggi negara berada di atas balkon yang terletak di sebelah kiri ceruk mihrab. Semua lantai masjid ditutupi oleh karpet berwarna merah. Pada malam hari, pencahayaan interior masjid dibantu oleh sekian banyak lampu gantung.

Masjid Selimiye yang bediri di atas lahan seluas 2.475 meter persegi ini sanggup menampung sekitar enam ribu jamaah. Hingga kini, masjid yang berusia empat periode tersebut menjadi ikon Kota Edirne sekaligus menjadi salah satu warisan terbesar peradaban Islam di bidang arsitektur. 

Sumber : http://khazanah.republika.co.id/

No comments:

Post a Comment