Thursday, August 25, 2016

The Well Of Usman


DULU, di Madinah, tidak terlalu jauh dari masjid Nabawi, ada sebuah properti sebidang tanah dengan sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Sumur itu dikenal dengan nama :Sumur Ruma (The Well of Ruma) alasannya ialah dimiliki seorang Yahudi berjulukan Ruma.

Sang Yahudi menjual air kepada penduduk Madinah, dan setiap hari orang antri untuk membeli airnya. Di waktu waktu tertentu sang Yahudi menaikkan seenaknya harga airnya, dan rakyat Medinahpun terpaksa harus tetap membelinya. alasannya ialah hanya sumur inilah yang tidak pernah kering.

Melihat kenyataan ini, Rasulullah berkata, "kalau ada yang sanggup membeli sumur ini, balasannya ialah Surga". Seorang sobat nabi berjulukan Usman bin Affan mendekati sang Yahudi. Usman menunjukkan untuk membeli sumurnya. Tentu saja Ruma sang Yahudi menolak. Ini ialah bisnisnya, dan beliau menerima banyak uang dari bisnisnya.

Tetapi Usman bukan hanya pebisnis sukses yang kaya raya, tetapi beliau juga negosiator ulung. Ia bilang kepada Ruma, "aku akan membeli setengah dari sumur mu dengan harga yang pantas, jadi kita bergantian menjual air, hari ini kamu, besok saya" Melalui perundingan yang sangat ketat, karenanya sang Yahudi mau menjual sumurnya senilai 1 juta Dirham dan mengatakan hak pemasaran 50% kepada Usman bin Affan.

Apa yang terjadi setelahnya menciptakan sang Yahudi merasa keki. Ternyata Usman menggratiskan air tersebut kepada semua penduduk Madinah. Pendudukpun mengambil air sepuas puasnya sehingga hari kesokannya mereka tidak perlu lagi membeli air dari Ruma sang Yahudi. Merasa kalah, sang Yahudi karenanya menyerah, beliau meminta sang Usman untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya. Tentu saja Usman harus membayar lagi seharga yang telah disepakati sebelumnya.

Hari ini, sumur tersebut dikenal dengan nama Sumur Usman, atau The Well of Usman. Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang diberi air dari sumur Usman. Kebun kurma tersebut dikelola oleh tubuh wakaf pemerintah Saudi hingga hari ini. Kurmanya dieksport ke aneka macam negara di dunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu, dan pendidikan. Sebagian dikembangkan menjadi hotel dan proyek proyek lainnya, sebagian lagi dimasukkan kembali kepada sebuah rekening tertua di dunia atas nama Usman bin Affan. Hasil kelolaan kebun kurma dan grupnya yang di ketika ini menghasilkan 50 juta Riyal pertahun (atau setara 200 Milyar pertahun)

Sang Yahudi tidak akan penah menang. Kenapa?

Karena visinya terlalu dangkal. Ia hanya hidup untuk masa kini, masa beliau ada di dunia. Sedangkan visi dari Usman Bin Affan ialah jauh kedepan. Ia berkorban untuk menolong insan lain yang membutuhkan dan beliau menatap sebuah visi besar yang berjulukan Shadaqatun Jariyah, sedekah berkelanjutan.
Sebuah shadaqah yang tidak pernah berhenti, bahkan pada ketika insan sudah mati.

Masya' Allah

No comments:

Post a Comment