Friday, June 24, 2016

Masjid Pertama Khusus Perempuan Dibuka Di California

Masjid Pertama Khusus Wanita Dibuka di California Masjid Pertama Khusus Wanita Dibuka di California

Masjid pertama khusus khusus untuk perempuan telah dibuka di Amerika. Sekitar 150 perempuan yang berasal dari seluruh negeri tiba supaya tidak ketinggalan dalam pelaksanaan shalat Jumat bersejarah yang dipimpin oleh imam perempuan di sebuah sentra daerah ibadah banyak sekali agama di Los Angeles, negara cuilan California.
Beberapa perempuan yang mengunjungi LA berasal dari New Jersey. Mereka rela melaksanakan penerbangan hingga lebih dari 5 jam untuk menjadi cuilan dari apa yang banyak orang sebut sebagai sebuah terobosan. Di masjid-masjid tradisional, kaum perempuan shalat secara terpisah dari kaum laki-laki. Banyak yang mengeluh mereka terlalu jauh dari khatib. Sebagian perempuan juga merasa tersisihkan lantaran alasan lain, ibarat pengajian al-Quran khusus laki-laki.
Masjid khusus perempuan ini ialah gagasan dari Hasna Maznavi, 29 tahun. Dia mengatakan, ia ingin supaya setiap perempuan mengalami bagaimana rasanya berguru dari otoritas keagamaan perempuan di sebuah masjid. Menurut wakil pendiri Masjid Perempuan Amerika, masjid di LA ini bukanlah untuk kaum Sunni atau Syiah, tetapi merupakan “jalan tengah” politik.
“Kami hanya ingin mempunyai ruang yang kondusif supaya kaum perempuan sanggup tiba dan terinspirasi dan mendengar khatibah perempuan yang menunjukkan khutbah atau ceramah. Itulah kesempatan yang kita tidak dapatkan di masjid lainnya. Para khatib selalu imam laki-laki. Tidak hanya itu, sangat sulit untuk menerima kanal kepada imam lantaran struktur arsitektur masjid. Kadang-kadang kaum laki-laki dan perempuan benar-benar terputus satu sama lain. Masjid ini memberi kita kesempatan untuk berafiliasi dengan para pemimpin kita dan juga dengan satu sama lain dengan cara yang kita tidak akan temui di lingkungan lain,”kata Maznavi kepada Reuters. Dia mendirikan Masjid Perempuan di Amerika bersama dengan Sana Muthalib.
Shalat Jumat dijadwalkan akan berlangsung sebulan sekali. Namun, para pendiri masjid berharap akan diadakan setiap shalat Jumat dalam waktu dekat. (Sumber: Washington Post 31/01/15).
Komentar:
Dari negeri yang penuh konspirasi ini, ada upaya—denganalasan yang sangat sedikit—untuk membenarkan kebutuhan bagi perempuan untuk mempunyai masjid yang terpisah hanya lantaran mereka tidak sanggup melihat khatib dan mempunyai daerah shalat yang terpisah. Hal ini merupakan hal yang menggelikan jikalau memang bukan bertujuan untuk melaksanakan reformasi Islam. Para pendiri masjid dan jamaahnya mungkin bersikeras bahwa tujuannya ialah inklusivitas dan mencari ilmu dari kaum perempuan untuk wanita. Kenyataannya, hal itu menjadi santapan dan benar-benar mendukung narasi Barat wacana bagaimana Islam memperlakukan kaum perempuan sebagai warga negara kelas dua; para perempuan dijauhkan dari kaum laki-laki dan tidak layak menerima pendidikan yang sama.
Kita telah menyaksikan reformasi masjid-masjid yang dijalankan oleh para imam pemerintah dan kaum munaftersebut di seluruh dunia, ibarat di Kanada, Afrika Selatan dan Oxford Inggris. Kami sanggup menjamin di dalam dinding-dinding gedung ini tindakan yang belum pernah dilakukan akan diserukan dengan semua cara reformasi; mulai dari kaum perempuan yang memimpin shalat Jumat, penerimaan atas homoseksualitas, dorongan bagi kaum perempuan untuk bergabung dengan jamaah laki-laki dan mengambil daerah di baris depan supaya menjadi sama dengan laki-laki serta untuk meninggalkan busana Muslimah, bergabung dengan tentara AS hingga mendukung liberalisme dan demokrasi. Kemungkinan dari semua ini ialah upaya pembenaran dengan memutarbalikkan ayat-ayat Alquran dengan ‘penafsiran’ semaunya, yang merupakan kata favorit kaum reformis orientalis pada masa kemudian dan pada masa sekarang.
Alhamdulillah, sebagian besar umat Islam akan sanggup melihat hal ini sebagai salah satu kelainan. Namun,ada efek yang menetes dari serangan yang tidak pernah berakhir terhadap Islam yang menyertai proyek-proyek yang menipu ibarat itu. Belum lagi adanya dorongan yang terus-menerus kepada umat Islam untuk membenarkan setiap aspek Islam terhadap patokan sekularisme liberal dan—dalamkonteks yang lebih luas—dukungan Barat untuk para penguasa pengkhianat dan perang habis-habisan yang dilakukan terhadap umat Islam. Ini artinya,bahwa berpegang pada identitas Islam sanggup menjadi lebih sulit. Akibatnya, sebagian orang condong hanya mencari fasilitas dan keduniaan, bukan tabiat orisinil dari kaum Mukmin yaitu melaksanakan amar makruf nahi mungkar dan berpegang teguh pada walaa dan baraa.
Realitas menyedihkan lainnya ialah bahwa para ulama selebriti Barat yang memungkinkan proyek tersebut akan dipuji. Ini lantaran diamnya mereka dan perilaku mereka bahwa kita ialah kaum minoritas atau bahkan tamu di negara-negara sekular Kristen. Karena itu, kata mereka,kita harus menampilkan ‘sopan santun’ dengan mengabaikan penghinaan kepada agama kita dan kini penghinaan itu bahkan menuju kepada Rasul saw. kita tercinta. Para ulama yang nrimo dihentikan berbicara yang haq, membela agama yang mulia ini dan mengungkap seni administrasi dari musuh-musuh Islam ini. Sebagian besar dari mereka dipenjara atau berada di bawah tahanan rumah. Semua ini akan terus berlangsung hingga Allah SWT mengembalikan kepemimpinan sejati kepada umat Islam. Kewajiban untuk berbicara dan menyatukan umat pada yang haq jangan menciptakan kita hingga tertipu dengan agenda yang diarahkan ke dalam bayang-bayang kita.
Semoga Allah SWT mengakibatkan kita ibarat para Sahabat dan kembali mengembalikan Khilafah Rasyidah lantaran dengan demikian hak-hak Rabb kami dan firman-Nya akan terjaga.
بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak pada yang batil kemudian yang hak itu menghancurkannya sehinggadengan serta merta yang batil itu lenyap. Kecelakaanlah atas kalian disebabkan kalian mensifati(TQS al-Anbiyya: 18)

No comments:

Post a Comment