Wednesday, June 22, 2016

Kejeniusan Arsitek Muslim: Memfungsikan Taman Tak Sekedar Estetika

Nama Wimar Sinan sebagai arsitek yang jenius dan memiliki aliran yang tinggi sudah tid Kejeniusan Arsitek Muslim: Memfungsikan Taman Tak Sekedar Estetika


Nama Wimar Sinan sebagai arsitek yang jenius dan memiliki aliran yang tinggi sudah tidak diragukan lagi. Bukti-bukti ini tampak pada konstruksi bangunan Masjid Sulaimaniyyah, jembatan dan lain-lain. Tidak hanya itu, kota Istambul pun didesain sedemikian rupa sehingga pesona keindahannya masih tampak tersisa hingga kini.
Ketika kita menyusuri kota Istambul, kita akan menemukan banyak taman tersebar di mana-mana. Tidak hanya berfungsi sebagai estetika, tetapi taman-taman ini ternyata memiliki fungsi lain yang tak kalah vitalnya. Taman sebagai landscape bangunan dan istana. Karena itu, istana-istana di Istambul pun tak jarang disebut Hada’iq [taman-taman], meski taman-taman itu bergotong-royong berada di dalam istana. Karena posisi taman-taman tersebut yang merupakan landscapearsitektur istana.
Tak hanya menjadi lanscape arsitektur istana, taman-taman itu juga menjadi landscape bangunan masjid. Taman tak hanya berfungsi sebagai penghijauan, tetapi juga berfungsi untuk menjadi hiburan. Taman-taman ini biasanya menghadap ke tepi laut, sebagaimana yang ada di kota Istambul. Taman-taman ini juga sanggup berfungsi menghilangkan kejenuhan mata, sehingga sanggup mengurangi kelelahan.
Selain fungsi tersebut, ternyata desain taman yang sedemikian rupa juga dibentuk oleh para arsitek untuk menghalangi terjadinya kebakaran jawaban sambaran api. Ini tampak di Masjid Sulaimaniyyah. Pernah terjadi kebakaran pada rumah-rumah yang terbuat dari kayu, lalu merambat ke masjid-masjid di sekitarnya. Peristiwa ini lalu menginspirasi para arsitek, dengan menyediakan lahan yang luas untuk ditanami pepohonan dan rerumputan. Taman-taman dengan pepohonan yang lebat, dan bermacam bunga ini lalu menjadi ciri khas arsitektur ketika itu. Fungsinya selain fungsi estetika, juga untuk mencegah terjadinya kebakaran yang sanggup melanda masjid.
Inilah yang juga menjadi ciri khas arsitektur Khilafah ‘Utsmaniyyah hingga ketika ini. Pepohonan dan tanaman ditanam di halaman-halaman masjid besar. Seperti yang tampak di Masjid Nabawi, Masjid Bayazid, dan Masjid Sulaimaniyyah di Turki.
Istana Topkape juga memiliki ciri khas yang sama. Istana yang dibangun oleh Muhammad al-Fatih ini di tengahnya terbentang taman yang luas. Istana ini merupakan kawasan tinggal para Sultan ‘Ustamaniyyah antara era ke-10 hingga ke-13 Hijriyah. Istana dengan taman-tamannya ini menghabiskan lahan seluas 69.000 meter persegi, dengan keliling 5 km.
Taman-taman tersebut dibentuk dengan membentuk jalan-jalan yang terbuka, yang mencakup istana dari utara, barat dan timur. Di situ juga terdapat taman buah-buahan, dan sayur-sayuran, serta taman yang luas untuk berburu.
Di Dar al-Hemayun, di dalam istana Topkape, bahkan ada dokumentasi yang diabadikan di sana, seorang khalifah sedang memperlihatkan bunga tulip kepada delegasi yang tiba menghadap khalifah. Konon, bunga tulip yang tumbuh dengan indahnya di Belanda ialah dukungan sang khalifah. Taman bunga tulip itu hingga sekarang masih ada, tempatnya di Istambul. Biasanya bersemi dan mekar pada bulan April.
Itulah keindahan taman-taman dan kejeniusan para arsitek Muslim yang tidak hanya memfungsikan keindahannya, tetapi juga memakai taman untuk tujuan vital lainnya. Menjadi paru-paru kota, mencegah kekeringan dan kebakaran, serta obat stress dan kelelahan mata.

No comments:

Post a Comment