ABSTRAK
Manusia sebagai khalifah, dalam hal ini berkaitan dengan fungsi arsitek, mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan, mengelola alam untuk melaksanakan aktivitasnya di muka bumi, dengan prinsip keseimbangan dan keselarasan. Arsitektur sebagai salah satu bidang keilmuan, hendaknya juga berpijak pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada al-Qur’an. Wujud arsitektur yang muncul dari kreasi seorang arsitek, hendaknya melambangkan nilai-nilai Islam. Artinya, wujud arsitektur yang hadir tidak bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah, dan tentu saja nilai-nilai akhlakul karimah.
Pemaknaan dalam realita kehidupan, baik secara vertikal maupun horisontal, akan dipandang lebih berarti pada sebuah karya arsitektur yang mempunyai landasan akhlakul karimah di dalamnya. Suatu karya arsitektur akan lebih bermakna kalau mengusung nilai-nilai Islam dalam konsep perancangannya. Nilai Islam yang diterapkan pada “Arsitektur Islam” menghasilkan perpaduan antara kebudayaan insan dan proses penghambaan diri seorang insan kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan kekerabatan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Hasil karya yang bermakna inilah yang akan mewujud menjadi suatu bentuk peradaban gres yang islami dan membawa kebaikan bagi umat manusia.
Tulisan ini menggambarkan bahwa ternyata karya-karya arsitektur Islam di aneka macam penjuru dunia yang dilandasi oleh budpekerti dan sikap Islami, tidak mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam. Walaupun demikian, keberagaman dan kekayaan bentuk itu disatukan oleh satu tujuan, yaitu sebagai sarana beribadah kepada Allah. Dari keberagaman tersebut, sanggup tercipta satu kekayaan khasanah arsitektur Islam dalam suatu peradaban yang islami, yang akan membawa insan pada rahmatan lil alamiin.
Kata Kunci : Arsitektur Islam, akhlakul karimah, peradaban islami
PENDAHULUAN
Kehadiran arsitektur berawal dari manfaat dan kebutuhan-kebutuhan sebuah bangunan untuk melayani fungsi-fungsi tertentu, yang diekspresikan oleh seorang arsitek melalui gambar kerja. Kebutuhan sebuah bangunan akan ruang-ruang dalam lingkup interior maupun eksterior, bermula pada sebuah kebutuhan dari pengguna bangunan (Fikriarini, 2006: 7). Selain itu, arsitektur juga merupakan kepingan dari seni, lantaran arsitektur tidak lepas dari rasa. Hal ini menyebabkan pengertian arsitektur terus berkembang dan dipengaruhi oleh cara berpikir, cara membuat, cara meninjau, dan budaya.
Definisi arsitektur gres akan sanggup dimengerti sesudah kita mengalami arsitektur, atau berarsitektur. Berarsitektur artinya berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan materi material dan suasana tempat. Berarsitektur yakni berbahasa manusiawi; dengan gambaran unsur–unsurnya, baik dengan materi material maupun dengan bentuk serta komposisinya. Dalam berarsitektur, seorang arsitek tidak pernah lepas dari alam, lingkungan sekitar, dan budaya setempat. Hal ini disebabkan lantaran arsitektur merupakan kepingan dari budaya yang memperlihatkan tingkat peradaban manusia. Budaya insan tersebut sangat dipengaruhi oleh alam, dan karenanya arsitektur dengan sendirinyajuga merupakan kepingan dari alam, mampu membaca alam dan menciptakan sebuah suasana.
Beberapa pengertian arsitektur terkait dengan karya arsitek, baik itu berupa olahan fungsi ke dalam bentuk dan ruang yang terangkum menjadi satu. Fungsi merupakan pengertian yang sederhana dari kegunaan. Fungsi juga sanggup dimaknai sebagai suatu cara untuk memenuhi impian yang timbul akhir adanya kebutuhan insan dalam mempertahankan dan membuatkan hidupnya (library.gunadarma.ac.id/files/disk1/8/).Walaupun begitu, karya arsitektur bukanlah sekedar problem fungsi, ruang dan bentuk. Lebih dari itu, arsitektur bisa merangkum seni dalam satu kepingan yang utuh untuk menghadirkan sebuah keindahan (Fikriarini dan Putrie, 2006: 10-11).
Arsitektur sebagai salah satu bidang keilmuan, hendaknya juga selalu berpijak pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada al-Qur’an. Al-Qur’an tentunya merupakan dasar bagi pengembangan aneka macam bidang keilmuan, salah satunya keilmuan arsitektur. Wujud arsitektur yang muncul sebagai hasil kreasi seorang arsitek, hendaknya melambangkan nilai-nilai Islam. Artinya, wujud arsitektur yang dihasilkan tidak bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah, dan tentu saja nilai-nilai akhlakul karimah. Kita sanggup melihat karya-karya arsitektur Islam di aneka macam belahan dunia dengan tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah. Walaupun demikian, dalam tataran bentuk arsitektur Islam yang dilandasi oleh kesatuan tujuan dan nilai-nilai islami itu tidak hadir dalam representasi bentuk fisik yang satu dan seragam, melainkan hadir dalam bahasa arsitektur yang beragam.
Ditinjau secara keseluruhan, arsitektur telah muncul di mana beliau dibutuhkan serta tidak terbatas di mana beliau didirikan. Arsitektur pun turut mensugesti muncul dan tenggelamnya suatu kebudayaan dan peradaban. Masyarakat muslim sebagai salah satu peradaban terbesar di dunia pun tidak ketinggalan dalam menyemarakkan peradaban dengan arsitektur yang mencerminkan worldview dan nilai-nilai Islam sepanjang sejarah perkembangan dan perjalanannya di muka bumi ini. Dalam Islam, arsitektur merupakan kepingan dari karya seni yang tidak pernah lepas dari keindahan yang merujuk pada kebesaran Allah sebagai Sang Maha Pencipta. Hal ini memberi kesadaran, bahwa kita sebagai insan hanyalah hamba yang kecil dan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kebesaran Allah. Bahkan lebih jauh, rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tak boleh lepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat pemilik segala keindahan.
METODE KAJIAN
Metode kajian yang dipakai dalam penelitian ini yakni dengan pendataan yang dilakukan secara sekunder. Pendataan sekunder dilakukan dengan cara studi literatur yang terkait dan terintegrasi, menjadi sebuah rangkuman kajian; Literatur sanggup berbicara perihal arsitektur-arsitektur islam, nilai-nilai islam dalam arsitektur, yang didapat darijurnal, teks book, artikel serta informasi yang digali dari al-Qur’an dan Hadits.
PEMBAHASAN
A. Arsitektur Islam
Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan insan dan proses penghambaan diri seorang insan kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan kekerabatan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan kekerabatan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah satu balasan yang sanggup membawa pada perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang sanggup diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut.
Perkembangan arsitektur Islam dari kurun VII hingga kurun XV meliputi perkembangan struktur, seni dekorasi, ragam hias dan tipologi bangunan. Daerah perkembangannya meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga Asia tenggara. Karenanya, perkembangannya di setiap tempat berbeda dan mengalami pembiasaan dengan budaya dan tradisi setempat, serta kondisi geografis. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam yang mensugesti proses terbentuknya kebudayaan manusia.
Arsitektur yang merupakan kepingan dari budaya, selalu berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Oleh lantaran itu, Islam yang turut membentuk peradaban insan juga mempunyai budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam Islam dimulai dengan dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam as sebagai sentra beribadah umat insan kepada Allah SWT (Saoud, 2002: 1). Ka’bah juga merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di bumi. Tradisi ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Mereka berdua memugar kembali bangunan Ka’bah. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW melanjutkan misi pembangunan Ka’bah ini sebagai bangunan yang bertujuan sebagai tempat beribadah kepada Allah. Dari sinilah budaya arsitektur dalam Islam terus berkembang dan mempunyai daya dorong yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta mencapai arti secara fungsional dan simbolis. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 96 :“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”
Dari paparan di atas sanggup disimpulkan bahwa Arsitektur Islam adalah cara membangun yang Islami sebagaimana ditentukan oleh aturan syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan fungsi bangunan, namun lebih kepada aksara Islaminya dalam hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi. Definisi ini yakni suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya monumen ataupun bangunan religius (Saoud, 2002: 2).
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Arsitektur Islam merupakan salah satu gaya arsitektur yang menampilkan keindahan yang kaya akan makna. Setiap detailnya mengandung unsur simbolisme dengan makna yang sangat dalam. Salah satu makna yang terbaca pada arsitektur Islam itu yakni bahwa rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat yang mempunyai segala keindahan. Bahkan semenjak jaman Nabi Sulaiman AS, telah dibangun suatu karya arsitektur yang menampilkan keindahan dan kemegahan itu. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an Surat An-Naml 44:“Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala beliau melihat lantai istana itu, dikiranya bak air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia yakni istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya saya telah berbuat zalim terhadap diriku dan saya berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.
Dengan segala keindahan, kemegahan, dan kedalaman maknanya, arsitektur Islam yang pernah berjaya dan menjadi salah satu tonggak peradaban dunia mempunyai beberapa potensi yang sanggup mencerahkan kembali kejayaan Islam yang selama beberapa kurun terakhir ini mengalami kemunduran. Potensi-potensi ini bukan hanya ditujukan untuk menghadapi imbas dari kebudayaan barat yang mengglobal dan menginginkan persamaan identitas dari aneka macam budaya, namun juga untuk kepentingan pengembangan arsitektur Islam sendiri.
Lebih jauh, apabila kita telaah secara mendalam, arsitektur Islam lebih mengusung pada nilai-nilai universal yang dimuat oleh pemikiran Islam. Nilai-nilai ini nantinya sanggup diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur dan tampil dalam aneka macam bentuk tergantung konteksnya, dengan tidak melupakan esensi dari arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada tujuan utama proses berarsitektur, yaitu sebagai kepingan dari beribadah kepada Allah.
B. Al-Qur’an dan Seni
Di dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam, tujuan tamat dari aneka macam keilmuan harus dilihat dan didasarkan pada al-Qur’an al-Karim, kitab suci umat Islam. Pada dasarnya, kebudayaan Islam dengan arsitektur Islam sebagai salah satu bagiannya, merupakan “budaya Qur’ani” (Al-Faruqi, 1999: 3). Karenanya, baik definisi, struktur, tujuan maupun metode untuk mencapai tujuan tersebut secara keseluruhan diambil darinya.
Dari al-Qur’an yang menjadi tuntunan, panduan hidup dan sumber keilmuan bagi umat Nabi Muhammad ini, seorang muslim tidak hanya mengambil pengetahuan mengenai Realitas Ultima (Al-Faruqi, 1999: 3). Secara mendasar, prinsip-prinsip yang diambil dari al-Qur’an juga meliputi perihal alam, manusia, dan makhluk hidup lainnya. Berbagai ilmu pengetahuan juga tercantum dalam al-Qur’an, baik secara implisit maupun eksplisit di aneka macam institusi sosial, politik serta ekonomi yang diharapkan untuk menjalankan masyarakat yang sehat, sehingga al-Qur’an diharapkan di setiap pengetahuan dan acara manusia, termasuk juga di bidang keilmuan arsitektur. Di dalam kitab itu, prinsip-prinsip dasar sudah disediakan bagi pembentukan sebuah kebudayaan yang lengkap, tentu saja termasuk bidang arsitektur.
Hal bukan berarti bahwa klarifikasi dan uraian yang spesifik dan terang perihal aneka macam perjuangan insan tersebut telah termuat dalam kitab suci yang memuat 114 surat ini. Al-Qur’an tentu tidak menyebutkan secara detail dan terang bagaimana arsitektur yang islami itu. Walaupun begitu, secara implisit di dalamnya terdapat suatu klarifikasi yang menjadi dasar dan contoh perihal bagaimana idealnya suatu lingkungan, bagaimana sistem nilai, batasan dan aturan pergaulan antara laki-laki dan wanita, dan sebagainya. Hal yang tidak kalah penting yakni di dalamnya juga termuat konsep keindahan bangunan, yang dicontohkan dengan menggambarkan keindahan bangunan-bangunan di surga, ibarat yang diceritakan di dalam surat al-Waqi’ah.
Konsep keindahan yang terwujud dalam aneka macam bidang tersebut biasa kita sebut dengan seni dan kesenian. Dalam arsitektur, seni mempunyai posisi yang sangat penting. Bahkan pada awal berkembangnya, keilmuan arsitektur termasuk dalam bidang seni murni, bukan ibarat pada ketika ini, dimana arsitektur merupakan penggabungan antara ilmu, seni dan teknologi. Arsitektur merupakan sarana untuk mewujudkan wadah bagi acara insan dengan menggabungkan aneka macam sudut pandang keilmuan, termasuk budaya dan tentu saja seni. Dalam Islam, aspek seni dalam kebudayaan Islam harus juga dilihat sebagai ekspresi estetis dari al-Qur’an. Seni Islam tidak lain yakni seni Qur’ani. Seni Qur’ani inilah yang nantinya juga akan mendukung terwujudnya arsitektur Islam sebagai salah satu unsurnya yang penting. Di dalam buku ”Seni Tauhid” karya Ismail Raji Al-Faruqi, terdapat beberapa alasan Al-Qur’an sanggup menjadi dasar dari karya seni (Al-Faruqi, 1999: 3), sebagai berikut:
1. Al-Qur’an sanggup berfungsi sebagai penjelas tauhid atau transendensi
2. Al-Qur’an sebagai model seni
3. Al-Qur’an sebagai ikonografi artistik
C. Seni Ruang dan Arsitektur
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, arsitektur termasuk di dalam seni ruang dalam esensi seni berdasarkan Islam, hal ini dikarenakan arsitektur merupakan seni visual yang mendukung kemajuan peradaban Islam (Al-Faruqi, 1999: 158). Di dalam seni ruang, terdapat cabang lain yang termasuk mendukung di dalamnya yaitu seni rupa. Keberadaan seni ruang yang di dalamnya terdapat bidang arsitektur merupakan satu hal yang cukup penting. Hal ini juga didasarkan pada seni dalam pandangan al-Qur’an, sehingga pembangunan fisik peradaban ini senantiasa selalu berlandaskan nilai-nilai Islam dalam al-Qur’an, yang juga berfungsi sebagai landasan pembangunan peradaban yang berupa akhlaq dan perilaku. Hal ini sangatlah penting untuk mewujudkan kembali nilai-nilai Islam ke dalam tatanan pembangunan peradaban di dunia, yang tidak hanya membangun peradaban secara fisik, tetapi juga secara mental, pola pikir, semangat, akhlaq dan pola sikap yang berlandaskan pemikiran Islam yang bersumber pada al-Qur’an.
Semangat untuk kembali pada pandangan dan konsep pembangunan dan keindahan berdasarkan al-Qur’an inilah yang terdapat dalam arsitektur Islam. Setiap karya dalam bidang arsitektur yang merupakan perwujudan fisik dari suatu peradaban, tidak hanya dipandang indah dan megah dari segi material atau fisik saja, melainkan bagaimana esensi keindahan tersebut sanggup muncul dari suatu kebersahajaan atau kesederhanaan, atau sanggup saja keindahan tersebut memang berasal dari suatu yang megah yang terinspirasi dari keindahan surgawi. Hal yang tidak kalah penting adalah, bagaimana aneka macam versi keindahan itu sanggup mengingatkan kita akan KemahaBesaran Allah, bahwa Allah yakni Dzat Maha Agung yang patut kita sembah dan menyadarkan esensi kita sebagai hamba Allah.
Pengembangan seni ruang, termasuk di dalamnya arsitektur, berdasar pada nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an, apabila diterjemahkan secara fisik, mempunyai beberapa ciri utama. Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, ciri utama yang digolongkan dalam empat kategori tersebut didasarkan pada ciri-ciri utama yang dimiliki semua seni Islam (Al-Faruqi, 1999:158), yaitu sebagai berikut:
1. Unit-unit isi
2. Arsitektur atau struktur dengan ruang interior
3. Lanskaping (holtikultura maupun akuakultura)
4. Desain kota dan desa
Menurut Ismail Raji Al Faruqi pula, pemikiran tauhid yang sanggup menstimulasi kesan infinitas dan transendensi melalui isi dan bentuk estetis sanggup direpresentasikan dalam karya seni Islam, yang ciri-ciri di dalamnya mengandung kaidah-kaidah sebagai berikut :
1. Abstraksi
2. Unit/Modul
3. Kombinasi suksesif
4. Pengulangan
5. Dinamisme
6. Kerumitan
Kesimpulan
Beberapa contoh di atas menawarkan satu pelajaran, bahwa sikap dan budpekerti yang dilandasi nilai-nilai Islam yang mendasari lahirnya karya arsitektur Islam, tidaklah dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita sanggup melihat karya-karya arsitektur Islam di aneka macam belahan dunia dengan tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah. Lebih lanjut, terwujudnya beberapa hasil karya arsitektur Islam yang didasari nilai-nilai Islam sanggup pula membentuk satu sikap dan budpekerti yang menuju kepribadian dan gambaran diri Islam yang dibuat dari lingkungan tersebut.
Arsitektur Islam yang dilandasi oleh budpekerti dan sikap Islami tidak mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda, tergantung dari konteks dimana dan apa fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut. Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi oleh wilayah benua dan negara, lantaran kita akan melihat kekayaan arsitektur Islam dari keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah masing-masing negara tersebut. Dari keberagaman tersebut, hasilnya sanggup dihadirkan satu kekayaan khazanah arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban Islam yang membawa insan pada rahmatan lil alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Al Faruqi, Ismail Raji. 2003. Atlas Budaya Membangun Peradaban Gemilang. Bandung: Mizan.
Al Faruqi, Ismail Raji. 1999. Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Fikriarini, Aulia & Eka Putrie, Yulia. 2006. Membaca Konsep Arsitektur Vitruvius dalam Al Qur’an. Malang: UIN Malang Press.
Faqih, Muhammad. 2006. Peluang dan Tantangan Arsitektur Islam di Era Globalisasi.Makalah disampaikan pada Kuliah Umum untuk Dosen dan Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang tanggal 15 Maret 2006
Faqih, Muhammad. 2007. Integrasi Islam dan Arsitektur. Makalah disampaikan pada Workshop Kurikulum Jurusan Teknik Arsitektur UIN Malang tanggal 29 Maret 2007.
Hattstein, M. dan Delius, P. 2000. Islam Art and Architecture. Konemann: Cologne
Maslucha, Luluk. 2006. UIN Malang dan Pusat Studi Arsitektur Islam di Indonesia.Malang: UIN Malang Press.
Saoud, Rabah. 2002. Januari. An Introduction to Islamic Architecture. FSTC Limited: Manchester.
Thames & Hudson. 2004. Architecture and Polyphony Building in The Islamic World Today. London: The Aga Khan Award for Architecture.
Hershberger,Robert G,______.Memprediksi Makna dalam Arsitektur. Arizona State University.
Sumber : https://auliayahya.wordpress.com
No comments:
Post a Comment