Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus kita selalu merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Mulai dari tingkat RT hingga Nasional, diadakan kegiatan baik yang resmi maupun tidak. Setiap instansi pemerintahan, forum pendidikan, bahkan beberapa perusahaan melakukan upacara dalam rangkan HUT RI ini, dilanjutkan dengan banyak sekali perlombaan yang bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaran dan persatuan diantara sesama rakyat Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan setiap tahun terasa tidak berubah formatnya dan terasa hanya basa-basi saja walaupun dinikmati oleh hampir semua lapisan masyarakat Indonesia. Makna kemerdekaan seakan hanya hingga kepada upacara dan perlombaan saja setiap tahunnya. Untuk itu pada goresan pena kali ini, saya mencoba membahas perihal level kemerdekaan dengan mengutip goresan pena Prof. Fahmi Amhar .
Kita ini gres merdeka penuh di level 1, yakni merdeka fisik. Tidak ada lagi pasukan tentara abnormal yang petentang-petenteng di negeri ini. Kalau ada tentara asing, niscaya sedang dalam misi penanggulangan tragedi menyerupai ketika Tsunami Aceh 2004, atau mereka yang sedang ikut latihan bersama UN-Stand By Force (SBF) di Sentul, Bogor. Di dunia, negara yang ketika ini terang tidak merdeka di level-1 yaitu Afghanistan, Irak atau Palestina.Level 2 merdeka, itu merdeka menentukan pemerintah. Secara normatif, pada level-2 ini, kita lebih merdeka dari Australia atau Canada. Siapa yang jadi kepala negara di sana, ditunjuk oleh Ratu Inggris. Australia atau Canada boleh saja bikin pemilu untuk mendapat Perdana Menteri baru. Tetapi yang melantiknya yaitu Gubernur Jenderal yang ditunjuk oleh Ratu Inggris. Gubernur Jenderal itu pula yang akan mengesahkan UU, mengangkat panglima angkatan bersenjata, atau mengangkat dan memberhentikan para hakim. Tetapi pada level-2 ini, kita belum 100% merdeka. Meski rakyat Indonesia menentukan sendiri presidennya, tetapi siapa calon presiden atau menteri yang akan terpilih, dipengaruhi oleh abnormal dalam bentuk “opini” ataupun “penerimaan pasar”.
Level 3 merdeka, itu merdeka menentukan hukum. Di sini derajat kemerdekaan kita lebih berkurang lagi. Betul UU kita diketok di dewan perwakilan rakyat hasil pilihan kita sendiri. Tetapi, di antara draft yang masuk, ada sekian banyak draft yang dibuatkan oleh lembaga-lembaga abnormal menyerupai WB, IMF, UNDP atau USAID. Mungkin UU yang kurang “sexy” menyerupai UU Informasi Geospasial atau UU Narkotika tidak banyak diintervensi asing. Tetapi, UU Migas, UU Listrik, UU Penanaman Modal dan banyak sekali UU “basah” yang lain dipastikan ada tugas abnormal di dalamnya.
Kalau sebuah negara Level-1,2,3 ini sudah 100%, negara ini gres bisa disebut merdeka secara fisik. Negara itu gres negara yang “profesional”. Dia merdeka, tetapi boleh jadi masih miskin dan rakyatnya masih sengsara. Salah satu tumpuan negara menyerupai itu boleh jadi yaitu Korea Utara.
Level 4 merdeka, itu merdeka secara teknologi. Bangsa itu bisa membuat teknologi yang mereka butuhkan. Derajat merdeka kita di level-4 ini sangat rendah, tetapi mungkin masih lebih baik dari negara menyerupai Saudi Arabia atau Brunei Darussalam, yang teknologi apapun diimpor. Kita alhamdulillah masih punyalah banyak sekali campus teknologi yang top-600 dunia, masih punya beberapa industri teknologi yang membanggakan. Tetapi tetap harus kita akui, secara teknologi kita ketika ini masih terjajah. Kita masih sangat tergantung kepada asing, dan jadinya abnormal masih gampang mempermainkan negeri kita dengan sarana teknologi yang mereka buat.
Level 5 merdeka, itu merdeka secara ekonomi. Teknologi canggih rupanya tunduk juga pada tata ekonomi dunia. Di bidang ekonomi ini kita sangat terjajah. Akibatnya warta melemahnya Rupiah terhadap US-Dollar jadi sangat sensitif. Proyek-proyek Habibie di selesai tahun 1990-an, berserakan alasannya yaitu krisis moneter. Sistem ekonomi kita sangat rentan, alasannya yaitu gampang terpengaruh gonjang-ganjing dunia, baik disengaja maupun tidak. PLN kekurangan gas, alasannya yaitu gas kita terlanjur dibeli dengan kontrak jangka panjang dengan China. Produk agro kita yang melimpah tidak punya nilai tawar yang tinggi di dunia.
Negara yang merdekanya sudah hingga level-4 dan 5, sanggup dipastikan negara yang “produktif”. Mereka berada di jajaran negara maju dan kaya. Contoh negara menyerupai ini yaitu Korea Selatan, Jepang atau Jerman. China dan India mungkin segera menyusul di level ini.
Level-6 merdeka, itu merdeka secara ideologis. Ideologi itu mendorong sebuah negara menentukan sendiri jalan hidupnya, peradabannya, sosial-budayanya, juga mendorong mereka menghipnotis negara-negara lain. Negara yang menyerupai ini akan berubah menjadi negara yang “powerful”. Contohnya ketika ini terang Amerika Serikat. Di masa kemudian juga Uni Soviet, Inggris dan Perancis.
Yang tertinggi yaitu merdeka level-7. Merdeka level-7 itu yaitu ketika sebuah negara beserta rakyatnya hanya menghamba kepada Sang Pencipta saja (Allah swt), dan tidak menghamba ke sesama hamba, manusia, baik seorang diktator maupun secara demokratis. Negara yang menyerupai ini akan berkembang dengan cepat menjadi negara yang profesional, produktif dan powerful. Negara yang pernah menyerupai ini hanya Negara Khilafah Islam. Mereka bergerak ke barat dan ke timur untuk membuatkan rahmat ke seluruh alam, bukan untuk menjajah. Negara menyerupai inilah yang “berkah”.
Jadi, jikalau dinilai dengan levelling ini, kita gres merdeka di level-1, dan mungkin sedang terengah-engah mencoba meraih merdeka di level-level berikutnya. Semoga kita istiqomah dalam meraih keinginan kemerdekaan yang hakiki, merdeka level-7.
No comments:
Post a Comment