Menurut Jan Rabaey dari University of California, AS, teknologi 5G bisa mentransmisi 1 gigabit data per detik, atau bahkan 10 gigabit.
Setiap satu dekade atau lebih, industri nirkabel meluncurkan standar komunikasi seluler yang bisa mentransmisi data lebih banyak dengan lebih cepat dan dikala ini, babak selanjutnya tengah dalam pengembangan dan diberi nama 5G alasannya yaitu merupakan generasi kelima dari standar yang dipakai untuk menjelaskan dan mentransmisikan data melalui gelombang radio.
Generasi pertama, secara retroaktif disebut dengan 1G, sebuah sistem analog penuh untuk mentransmisikan suara. Sangat berbeda dengan pendahulunya, telepon 2G mentransmisikan bunyi dan data secara digital. Dalam generasi-generasi berikutnya, 3G pada tahun 2000 dan 4G pada tahun 2010, terjadi perbaikan teknis yang meningkatkan kecepatan data dari 200 kilobit per detik menjadi ratusan megabit per detik. Dengan semakin dekatnya tahun 2020, 5G diperlukan akan bisa mentransmisi 1 gigabit data per detik, atau bahkan 10 gigabit.
Kemampuan untuk mengirim dan mendapatkan data sebanyak itu dengan sangat cepat membuka pintu peluang bagi sistem virtual reality dan augmented reality, begitu pun dengan otomatisasi.
Misalnya kendaraan beroda empat kemudi otomatis akan bisa berkomunikasi dengan satu sama lain, dengan rambu-rambu jalan, dengan lampu kemudian lintas, dengan rel pemandu, dan elemen lain yang sanggup dilihat oleh pengemudi manusia. Hal tersebut membutuhkan lompatan teknis lain yaitu mengurangi apa yang disebut sebagai latensi atau penundaan antara kapan sebuah sinyal dikirimkan dan kapan sinyal diterima menjadi 1 milidetik. (jika data jaringan yaitu seberapa lebar sebuah selang, maka latensi yaitu berapa waktu yang dibutuhkan dari dikala keran dinyalakan sampai air keluar pada ujung selangnya.)
Untuk mencapai kecepatan data tinggi dengan latensi rendah dibutuhkan perubahan teknis, termasuk pengiriman data yang memakai frekuensi radio yang lebih tinggi dan desain antena untuk mengurangi gangguan dengan banyaknya perangkat yang berkomunikasi dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut menyebabkan jaringan 5G membutuhkan lebih banyak stasiun pangkalan–yang juga harus lebih kecil secara fisik dari menara seluler yang telah ada dan peletakannya dengan jarak yang lebih dekat. Stasiun pangkalan 5G mungkin akan diletakkan setiap 250 meter, bukan satu sampai lima kilometer menyerupai yang dibutuhkan 4G.
Selain itu, sistem 5G juga menunjukkan kemungkinan menyediakan koneksi yang terpercaya ke sejumlah besar perangkat nirkabel secara bersamaan. Hal ini memungkinkan terjadinya perluasan besar jumlah penggunaan perangkat sehari-hari yang terkoneksi dengan internet menyerupai pengawasan nutrisi dalam tanah bagi petani, lokasi paket atau barang kiriman bagi perusahaan ekspedisi, dan gejala vital untuk pasien rumah sakit.
Saat ini, jaringan 5G awal sedang diluncurkan di beberapa kota di Amerika. Olimpiade Tokyo pada 2020 diperlukan menjadi festival pertama teknologi 5G secara lengkap. Antara kini dan nanti – atau bahkan kedepannya – perusahaan yang meluncurkan jaringan 5G akan menerapkan sambil terus berbagi teknologi gres ini, sebagaimana yang mereka lakukan pada generasi-generasi sebelumnya.
Artikel ini sudah ditayangkan di The Conversation.
No comments:
Post a Comment