Setidaknya ada dua bencana besar di bulan Rajab ini. Pertama: Peristiwa Isra’ Mikraj, yang diyakini terjadi tanggal 27 Rajab. Peristiwa yang terjadi sekitar 14 era kemudian ini diabadikan pribadi dalam al-Quran (QS al-Isra’ [17]: 1). Pada ketika itu Baginda Nabi Muhammad saw. diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di al-Quds (Palestina), kemudian dilanjutkan dengan menembus lapisan langit tertinggi (Sidratul Muntaha’). Semua itu ditempuh dalam sehari-semalam. Peristiwa itu begitu istimewa. Karena itu, hampir setiap tahun, tanggal tersebut dijadikan momentum oleh sebagian kaum Muslim untuk mengadakan Peringatan Isra’ Mikraj.
Kedua: Peristiwa Keruntuhan Khilafah Islamiyah. Peristiwa ini juga terjadi pada bulan Rajab, 89 tahun lalu, tepatnya tanggal 28 Rajab 1342 H. Berbeda dengan Isra’ Mikraj yang memang merupakan bencana besar yang pribadi dialami Baginda Nabi saw. dan diabadikan al-Quran, keruntuhan Khilafah ialah bencana yang dianggap ‘tidak terlalu penting’ oleh kaum Muslim. Padahal bencana tersebut bekerjasama dengan salah satu warisan yang ditinggalkan Baginda Nabi saw. Ya, Khilafahlah pelanjut sistem pemerintahan Islam yang pondasi dan pilar-pilarnya dibentuk dan dipraktikan Baginda Rasulullah saw. ketika dia memimpin Daulah Islam di Madinah.
Sebagaimana kita ketahui, tidak usang setelah bencana Isra’ Mikraj (hanya sekitar setahun), terjadi bencana besar yang juga tidak dapat dilupakan kaum Muslim, yakni bencana hijrah Nabi saw. dan kaum Muslim ke Madinah. Peristiwa ini tentu penting alasannya menjadi tonggak pertama tegaknya Daulah Islam yang dipimpin pribadi oleh Nabi saw. sebagai kepala negaranya. Sejak Nabi memproklamirkan berdirinya Daulah Islam di Madinah, kaum Muslim mempunyai institusi negara yang menjadi pelayan, pengayom dan pelindung mereka. Melalui Daulah Islam pula hukum-hukum Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan dan Islam disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Setelah Nabi saw. wafat, kepemimpinan negara kemudian beralih ke tangan Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah (kepala negara) pertama. Khalifah Abu Bakar ra. mengawali era Khulafaur Rasyidin. Sejak itu era Kekhilafahan Islam dimulai. Era Khulafaur Rasyidin kemudian berakhir, kemudian digantikan oleh era Khilafah Umayyah. Era Khilafah Umayyah kemudian diganti oleh era Khilafah Abbasiyyah. Selanjutnya, era Khilafah Abbasiyyah diganti oleh era Khilafah Utsmaniyah. Sayang, era Khilafah Utsmaniyah ini harus berakhir tragis alasannya diruntuhkan oleh tangan-tangan penjajah Barat, yakni Mustafa Kamal Attaturk, sempurna tanggal 28 Rajab, 89 tahun lalu. Inilah yang menandai bencana penting kedua di bulan Rajab.
Karena itu, selain diingatkan dengan bencana Isra’ Mikraj, bulan Rajab juga menunjukkan kesempatan bagi kaum Muslim untuk merenungkan kembali kewajiban mereka terkait dengan upaya menegakkan kembali Khilafah yang runtuh semenjak 89 tahun kemudian itu.
Setelah Khilafah Runtuh
Keruntuhan Khilafah pada 28 Rajab 1342 H benar-benar telah melenyapkan pemerintahan menurut Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Muhammad saw. dari muka bumi ini. Akibatnya, semenjak ketika itu hingga kini segala persoalan kaum Muslim makin meningkat, bahkan makin bertambah. Musuh-musuh kaum Muslim yang dulu gemetar ketakutan hanya alasannya berpikir akan menghadapi kaum Muslim yang dipimpin oleh seorang khalifah yang gagah berani, kini justru berani dan lancang menodai tempat-tempat suci kaum Muslim dan melecehkan insan paling mulia, Sayidina Muhammad saw. Semua itu didengar dan dilihat pribadi oleh para penguasa Muslim yang tetap membisu saja kolam patung meski mereka memegang kekuasaan atas umat yang paling besar di dunia ini, mempunyai militer paling besar dan kekayaan terbanyak di antara umat-umat yang ada.
Tentara kaum Muslim seharusnya dipimpin oleh seorang khalifah untuk membebaskan negeri-negeri kaum Muslim yang diduduki dan meluaskan kekuasaan kaum Muslim ke negeri-negeri lain dengan pembebasan dan keadilan. Namun, bukan menyerupai itu yang terjadi ketika ini. Saat ini kaum Muslim di negeri-negeri Islam justru dipimpin oleh antek-antek Amerika yang pengecut.
Pemerintah kaum Muslim, kala mereka mempunyai Khalifah dulu, telah menciptakan Dunia Islam makmur hingga menciptakan Barat, khususnya Inggris ketika itu, merasa iri dan “ngiler.” Sebaliknya, setelah negeri-negeri Islam berada di bawah cengkeraman Kapitalisme, Dunia Islam karam di dalam krisis ekonomi yang terjadi silih berganti.
Khilafah: Mercusuar Segala Kebaikan
Sungguh, sistem pemerintahan dalam Islam ialah sistem Khilafah, bukan yang lain. Inilah sistem pemerintahan yang telah diwajibkan oleh Rasululah saw., menjadi ijmak Sahabat ridhwanallah ‘alaihim serta dipraktikkan oleh Khulafaur Rasyidin dan para khalifah sesudahnya. Khilafahlah yang menjaga agama, kehormatan, jiwa dan harta manusia; menjaga perbatasan; menghilangkan kendala dan penghalang yang berusaha menghalangi sampainya risalah Islam sehingga kalimat Allah dijunjung tinggi di muka bumi ini.
Sungguh, sistem pemerintahan dalam Islam ialah sistem Khilafah, bukan yang lain. Inilah sistem pemerintahan yang telah diwajibkan oleh Rasululah saw., menjadi ijmak Sahabat ridhwanallah ‘alaihim serta dipraktikkan oleh Khulafaur Rasyidin dan para khalifah sesudahnya. Khilafahlah yang menjaga agama, kehormatan, jiwa dan harta manusia; menjaga perbatasan; menghilangkan kendala dan penghalang yang berusaha menghalangi sampainya risalah Islam sehingga kalimat Allah dijunjung tinggi di muka bumi ini.
Khalifahlah yang benar-benar menjadi pemelihara bagi kaum Muslim. Khalifahlah penjaga sejati wilayah Islam dan pelindung hakiki kaum Muslim dari setiap serangan musuh. Khalifahlah yang mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad dengan tetap menjaga kemuliaan, keadilan dan kebaikan.
Kaum Muslim di bawah naungan Khilafah benar-benar dapat mencicipi kehidupan yang mulia dan terhormat. Mereka diselimuti perasaan kondusif dan nyaman, kewajaran dan keadilan, serta kemakmuran dan sejahtera. Saking makmur dan sejahtera, pernah ada suatu masa ketika tidak ada lagi rakyat yang mau mengambil zakat, alasannya semua merasa telah kaya! Hal itu pernah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau pun pernah menulis surat kepada amilnya (kepala daerah) di Samarkand, Sulaiman bin Abi as-Samri: “Hendaklah kau membangun beberapa penginapan di wilayahmu. Jika ada di antara kaum Muslim yang melewati wilayahmu maka biarkan mereka tinggal sehari semalam dan uruslah kendaraannya. Jika ia masih punya alasan untuk tinggal maka biarkan ia tinggal sehari dua malam. Jika ada seseorang yang kehabisan bekal maka berilah ia harta yang cukup untuk hingga ke tempat tempat tinggalnya.”
Bukankah ini sebuah bentuk pengurusan rakyat yang sesungguhnya? Apakah mungkin itu terjadi tanpa Khalifah yang mempunyai kekuasaan untuk menerapkan Islam, sebagaimana ketika ini?
Khilafah pun senantiasa menjaga wilayah Islam dan kaum Muslim. Lupakah kaum Muslim dengan dongeng Khalifah al-Mu’tashim Billah, ketika seorang Muslimah yang dizalimi oleh seorang Romawi meminta pertolongannya, “Wahai Mu’tashim, di manakah engkau!”
Berita itu hingga kepadanya pada malam hari. Beliau tidak menunggu hingga pagi. Beliau segera berangkat memimpin sendiri pasukannya. Sesampainya di Amuria, dia meminta biar orang Romawi pelaku kezaliman itu diserahkan untuk di-qishash. Saat penguasa Romawi menolaknya, dia pun menyerang kota, menghancurkan benteng pertahanannya dan menerobos pintu-pintunya hingga menaklukannya.
Lupakah kaum Muslim dengan perilaku Harun ar-Rasyid terhadap Nakfur Raja Romawi yang telah merusak perjanjian yang diadakan dengan kaum Muslim dan perilaku permusuhannya terhadap kaum Muslim? Saat itu Ar-Rasyid mengirim surat kepada Nakfur, yang isinya: “Dari Harun, Amirul Mukminin, kepada Nakfur, anjing Romawi. Jawaban atas perilaku permusuhanmu ialah apa yang akan kau lihat, bukan apa yang akan kau dengar.”
Nakfur pun benar-benar dapat melihat tentara kaum Muslim, ketika mereka masih di perbatasan Romawi, sebelum surat ar-Rasyid hingga kepadanya.
Khilafah juga mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad demi kemuliaan, keadilan dan kebaikan. Lihatlah banyak sekali pembebasan yang telah menyebarluaskan Islam dan membersihkan semua bentuk kezaliman yang terjadi di banyak sekali penjuru dunia semenjak masa Rasulullah saw., Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah sesudahnya. Semua itu merupakan mencusuar kebaikan di dunia. Hanya dalam satu era saja Islam telah tersebar luas dan kekuasaan Islam mencakup negeri-negeri Arab, Syam, Irak, Mesir, Afrika Utara, Andalusia, Bukhara dan Samarkand, Sind, India, dan wilayah barat bahari India (Pakistan bab Barat). Islam terus menyebar hingga hingga di Asia Tenggara dan menyinari Indonesia. Selanjutnya, banyak sekali penaklukkan meluas hingga ke Asia Kecil, menaklukkan Konstantinopel dan Balkan; serta banyak lagi wilayah di muka bumi ini. Khilafah benar-benar menyandang kebesaran dan keagungan.
Khilafah juga menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan gudang para ulama dan ilmuwan. Ketika itu kaum Muslim menjadi umat yang pertama dan terkemuka dalam bidang fisika, kimia, matematika dan astronomi. Negeri-negeri kaum Muslim menjadi sentra ilmu pengetahuan sehingga banyak pelajar berdatangan dari negara-negara Barat untuk mendapat ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan di Baghdad dan Andalusia.
Semua keagungan itu tetap ada dan terpelihara hingga Khilafah lenyap pada hari yang menyakitkan, yaitu 28 Rajab 1342 H, 89 tahun lalu. Sejak ketika itulah, umat Islam yang dulunya jago dan kuat, kini menjadi santapan yummy yang menjadi rebutan banyak sekali umat, persis yang digambarkan di dalam sabda Rasul saw.
Begitu terperinci perbedaan kondisi kita ketika pada masa Khilafah dan ketika lenyapnya Khilafah. Tidakkah semua itu mendorong kita untuk bersungguh-sungguh dalam usaha untuk mengembalikan Khilafah, yang tidak lain merupakan salah satu kewajiban utama dalam Islam? Tentu, kita semua wajib bersegera dalam melaksanakan usaha yang serius dan sungguh-sungguh untuk menegakkan kembali Khilafah ini. Marilah kita bersegera menyambut kesepakatan Allah SWT:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan mengakibatkan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah mengakibatkan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan benar-benar akan menukar (keadaan) mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi kondusif sentosa (QS an-Nur [24]: 55).
Marilah kita segera menyongsong basyirah Rasulullah saw.:
« ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ »
Selanjutnya akan tiba kembali Khilafah menurut metode kenabian (HR Ahmad)
No comments:
Post a Comment