Tuesday, September 20, 2016

Saat Muslim Disiplin Waktu

Oleh: Prof. Dr. Ing. Fahmi Amhar
Pernahkah Anda menciptakan program dan mengundang orang banyak, dan program itu sanggup dimulai sempurna waktu?   Kalau pernah, maka barangkali itu yaitu program di mana ada bagi-bagi rezeki, contohnya buka bersama, pembagian zakat atau daging Qurban, atau program yang dihadiri pejabat tinggi atau selebritas.  Bagaimana bila itu program rapat RT atau pengajian rutin di masjid kampung?  Berapa menit molornya?
Nah, bicara soal disiplin waktu yaitu bicara alat penjaga waktu, yaitu jam.  Tahukah Anda bahwa kaum Muslim mempunyai bantuan yang luar biasa dalam teknologi time-keeping device ini?

Teknologi jam dimulai oleh para astronom. Ini alasannya yaitu pengamatan obyek langit sangat tergantung penunjuk waktu yang akurat.  Berbagai jam telah dibuat, namun secara umum terdiri atas tiga prinsip penunjuk waktu: fenomena astronomi (jam matahari), anutan air (jam air), dan fungsi mekanik (komputer analog).  Pada era modern, ditemukan jam quartz dan jam atom.

Jam Astronomi
Penunjuk waktu ini tergantung dari gerak matahari.  Sebuah paku saya melempar bayangannya ke sebuah permukaan lengkung yang berisi garis dan kurva, dan dengan sedikit latihan kita akan sanggup membaca tanggal dan jam.  Di beberapa pesantren dan masjid di Indonesia, masih bisa dijumpai jam semacam ini.  Di masa lalu, astronom Muslim bahkan menyebarkan jam-jam matahari untuk penghias taman istana-istana di Eropa.

Jam astronomi yang lebih portabel (bisa dibawa kemana-mana) yaitu astrolab.  Pada abad-10, al-Sufi menuliskan lebih dari 1.000 macam penggunaan astrolab, termasuk untuk menghitung waktu shalat dan awal Ramadhan.

Jam Air
Jam air ditulis pertama kali oleh Ibn Khalaf al-Muradi dalam “Kitab Rahasia-Rahasia” pada tahun 1000 M.  Kitab ini disimpan pada Museum of Islamic Art di Doha, Qatar.  Namun banyak desain jam air yang spektakuler dilakukan Al-Jazari (1206 M).  Salah satu di antaranya mempunyai tinggi sekitar satu meter dan lebar setengah meter. Jam ini menunjukkan gerakan dari model matahari, bulan dan bintang-bintang.
Inovasinya adalah, sebuah jarum yang ketika melewati puncak perjalanannya akan menciptakan pintu terbuka setiap jam.  Jam orisinil al-Jazari ini berhasil direkonstruksi dan dipamerkan di Science Museum London pada tahun 1976.  Selain jam ini al-Jazari juga menciptakan jam air yang berbentuk gajah.

Jam Mekanik
Jam mekanik memakai prinsip gerak yang sanggup diatur perlahan dan teratur, contohnya pegas atau bandul.  Yang menarik, pada tahun 1559, Taqiuddin as-Subkhi, seorang astronom Utsmani ketika itu sudah mendesain aneka macam jam mekanik yang dilengkapi dengan suatu alarm, contohnya untuk pelopor teleskop, sehingga akan sangat memandu astronom dalam mengamati obyek langit, contohnya yang mendekati meridian.  Dia menulisnya dalam bukunya “Al-Kawākib al-durriyya fī wadh' al-bankāmat al-dawriyya” (The Brightest Stars for the Construction of Mechanical Clocks).



Ada juga jam mekanik yang sudah digabung dengan kalender lunisolar (gabungan bulan dan matahari).  Ini yaitu embrio dari komputer analog.  Ibn as-Syatir pada awal abad-14 menciptakan jam yang menggabungkan penunjuk hari universal dan kompas magnetik untuk memilih jadwal shalat dalam perjalanan.  Semakin hari jam karya insinyur Muslim semakin teliti.  Abad-15 M, mereka sudah bisa menghasilkan jam yang sanggup mengukur hingga detik.  Presisi dalam penunjuk waktu berarti akurasi dalam navigasi, dan ini yaitu modal keunggulan dalam jihad fi sabilillah, terutama di lautan.[]



No comments:

Post a Comment