Tuesday, July 17, 2018
Antara Perancis Dan Islam
_______
Oleh: Ichal Aydoğan
Perancis kembali meraih gelar juara dunia "World Cup 2018". Sebelumnya, tim berjulukan Les Bleus ini pernah menjadi juara ketika turnamen tersebut digelar di negara mereka pada 1998. Kemenangan Perancis dalam Piala Dunia tak pernah lepas dari donasi para pemain Muslim. Jika di tahun 1998 ada Zinedine Yazid Zidane, maka di tahun ini ada sebanyak 7 orang Timnas Perancis yang juga beragama Islam. Mereka yakni Paul Pogba, Adil Rami, Djibril Sidibe, Benjamin Mendy, N’Golo Kante, Nabil Fekir dan Ousmane Dembele. Hal ini menjadi sorotan warga dunia, bagaimana tidak, mengingat selama ini Perancis dikenal sebagai salah satu negara yang paling Phobia terhadap Islam.
Jika kita membaca sejarah, sesungguhnya masyarakat Perancis sudah usang mengalami kontak dengan Islam. Tepatnya semenjak Islam masuk pada periode ke-8 di penggalan Selatan Perancis, yakni di ketika transisi kekuasaan dari Dinasti Bani Umayyah ke Dinasti Bani Abbasiyah. Melalui Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi, yang merupakan Gubernur Andalus (Spanyol) ketika itu.
Pada periode ke-20, Islam berkembang dengan sangat pesat di daratan Eropa. Perlahan-lahan, masyarakat di benua biru yang lebih banyak didominasi beragama Nasrani dan Katholik ini mulai mendapatkan kehadiran Islam. Tak heran kalau kemudian Islam menjadi salah satu agama yang menerima perhatian serius dari masyarakat Eropa. Bahkan pada tahun 1922, telah bangun sebuah masjid yang sangat megah berjulukan Masjid Raya Yusuf di ibu kota Perancis, Paris. Hingga kini, lebih dari 1000 masjid bangun di seantero Perancis.
Saat ini, jumlah penganut agama Islam di Perancis mencapai 7 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, Perancis menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di Eropa. Menyusul kemudian negara Jerman sekitar 4 juta jiwa dan Inggris sekitar 3 juta jiwa.
Meskipun Islam telah berkembang pesat di Perancis. Penindasan terhadap kaum minoritas itu tetap terjadi. Tantangan berat yang dihadapi umat Islam Perancis yakni adanya pelarangan penggunaan hijab. Program anti hijab telah meluas sampai pengusiran muslimah berjilbab di Perancis benar-benar telah diberlakukan.
Fenomena ini merupakan indikasi bahwa pemerintah Perancis memandang Islam sebagai sesuatu yang berbahaya. Mereka takut akan perkembangan Islam di negara-negara Eropa yang kian pesat. Untuk itu mereka senantiasa berusaha untuk memburukkan gambaran Islam, di antaranya dengan menggambarkan bahwa Islam mengekang kaum muslimah dengan aturan-aturan agama yang ketat.
Di tengah kebencian dan kampanye gerakan Islamphobia yang mereka publikasikan secara masif, justru semakin banyak warga Perancis yang tertarik untuk mempelajari Islam. Menurut sebuah artikel gosip 5pillarsuk.com, jumlah orang yang mendapatkan Islam di Perancis telah meningkat secara signifikan setelah serangan Charlie Hebdo pada tahun 2015 lalu, dan Imam melaporkan semakin banyak orang yang tiba ke masjid untuk mengucapkan dua kalimah Syahadat, dan menyatakan diri masuk Islam.
Jika insiden ambruknya gedung menara kembar New York pada 11 September 2001 menciptakan banyak warga AS yang penasaran, sehingga mereka memeluk Islam. Tampaknya hal yang sama dialami oleh Perancis. Sejak insiden penyerangan ke majalah penghina Rasulullah (Saw) Charlie Hebdo tahun 2015 lalu, rasa ingin tau warga Perancis kian meningkat untuk mendalami pedoman Islam. Sehingga penjualan buku-buku ihwal Islam, termasuk Al-Qur’an dan majalah Islam, meningkat pesat.
Mengapa demikian, alasannya yakni Islam yakni agama yang sesuai dengan tuntutan nalar insan dan Islam bersifat fitrah. Islam sanggup menjadi solusi dan menuntaskan terhadap tantangan dan persoalan kehidupan umat manusia. Betapapun kampanye anti Islam "Islamphobia" yang begitu masif di Eropa, tidak menyurutkan harapan mereka untuk menentukan Islam.
Seharusnya Perancis berterima kasih kepada umat Islam. Bukan atas donasi pemain Muslim yang telah meraih gelar juara dunia sebanyak 2 kali. Tetapi berterima kasih atas jasa kaum Muslimin yang telah membebaskan Raja Perancis I dari tangkapan musuhnya pada pertempuran Pavia tahun 1525.
Berdasarkan pada fakta sejarah ini, kiranya sangat tidak bijak dan tidak arif, bilamana masyarakat dan apalagi pemerintah Perancis cendekia balig cukup akal ini, tetap menganggap Islam sebagai musuh, serta mengakibatkan Islam sebagai agama yang termarginalkan.
*Sumber Referensi:
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Kesatu dan Kedua, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999.
Esposito, John L., The Oxford Encyclopedia of The Modern Islam World, vol. 2 (New York: Oxford University Press, 1995.
http://www.voa-islam.com/read/opini/2015/02/25/35866/meningkat-orang-masuk-islam-sesudah-serangan-charlie-hebdo/
Labels:
News
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment