Tuesday, November 15, 2016

Sudah Pantaskah Saya Bermaksiat?

Tercantum dalam kitab berjudul At-Tawwabin(orang-orang yang bertaubat) yang ditulis oleh seorang ulama kenamaan dari madzhab Hambali, yaitu Al-Imam Ibn Qudamah Al-Maqdisi, sebuah kisah yang berisi pertaubatan seorang perjaka dari kehidupan yang bergelimang maksiat dan penghambaan pada dunia dan hawa nafsu yang nista menuju kehidupan yang tunduk patuh sepenuhnya menghamba kepada Allah swt semata.
Semoga dengan diceritakannya kembali kali ini bisa mengokohkan ketaatan kita, serta menyadarkan saudara-saudara kita yang mempunyai latar belakang menyerupai perjaka tersebut. Berikut kisahnya:
وروي أن رجلا جاء إلى إبراهيم بن أدهم فقال له يا أبا إسحاق إني مسرف على نفسي فاعرض علي ما يكون لها زاجرا ومستنقذا لقلبي
Diriwayatkan bahwa ada seorang pria yang mendatangi Ibrahim bin Adham seraya berkata: “Wahai Abu Ishaq, saya ini yaitu seorang insan yang memperturutkan hawa nafsu (ahli maksiat), maka tunjukkanlah padaku apa yang bisa membuatku jera dan apa yang bisa menyelamatkan hatiku ini.”
قال إن قبلت خمس خصال وقدرت عليها لم تضرك معصية ولم توبقك لذة
Ibrahim berkata: “Kalau kau mau dan mampu mendapatkan lima perkara ini, maka kau tidak apa-apa bermaksiat, dan kenikmatan (saat bermaksiat) yang akan kau peroleh tidak akan mencelakakanmu.”
قال هات يا أبا إسحاق
Laki-laki: “Sebutkanlah wahai Abu Ishaq”
قال أما الأولى فإذا أردت أن تعصي الله عز و جل فلا تأكل رزقه
Ibrahim: “Yang pertama, kalau kau mau berbuat maksiat kepada Allah swt, maka jangan kau makan dari rizki-Nya.”
قال فمن أين آكل وكل ما في الأرض من رزقه
Laki-laki: “Lantas saya makan dari mana? Bukankah setiap apa yang ada di bumi ini yaitu rizki-Nya..”
قال له يا هذا أفيحسن أن تأكل رزقه وتعصيه
Ibrahim: “Wahai pemuda, apakah pantas bagimu makan dengan rizki-Nya sedang kau bermaksiat kepada-Nya?”
قال لا هات الثانية
Laki-laki: “Tidak pantas, sepakat tunjukkan yang ke-dua”
قال وإذا أردت أن تعصيه فلا تسكن شيئا من بلاده
Ibrahim: “Jika kau hendak bermaksiat kepada-Nya, maka jangan sedikitpun tinggal di bumi-Nya”
قال الرجل هذه أعظم من الأولى يا هذا إذا كان المشرق والمغرب وما بينهما له فأين أسكن
Laki-laki: “Ini lebih berat dari yang pertama. Wahai syaikh, kalau timur dan barat serta apa saja yang ada di antara keduanya yaitu milik-Nya, lantas saya bisa tinggal dimana?”
قال يا هذا أفيحسن أن تأكل رزقه وتسكن بلاده وتعصيه
Ibrahim: “Wahai pemuda, apakah pantas kalau kau masih makan dari rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya,sedang kau bermaksiat kepada-Nya?”
قال لا هات الثالثة
Laki-laki: “Tidak pantas, sepakat tunjukkan yang ketiga”
قال إذا أردت أن تعصيه وأنت تحت رزقه وفي بلاده فانظر موضعا لا يراك فيه مبارزا له فاعصه فيه
Ibrahim: “Jika kau hendak bermaksiat kepada-Nya sementara kau masih makan dari rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah suatu daerah yang Dia tidak bisa melihatmu ketika kau berbuat maksiat secara terang-terangan di daerah itu, maka bermaksiatlah kau di situ”
قال يا إبراهيم كيف هذا وهو مطلع على ما في السرائر
Laki-laki: “Wahai Ibrahim, bagaimana mungkin? Sedangkan Dia maha mengetahui atas setiap apa yang tersembunyi.”
قال يا هذا أفيحسن أن تأكل رزقه وتسكن بلاده وتعصيه وهو يراك ويرى ما تجاهره به
Ibrahim: “Wahai pemuda, apakah pantas kalau kau makan dari rizki-Nya, tinggal di bumi-Nya, dan Dia senantiasa melihatmu, sadang kau melaksanakan kemaksiatan secara terang-terangan?”
قال لا هات الرابعة
Laki-laki: “Tentu tidak, sepakat beritahu yang keempat”
قال إذا جاءك ملك الموت ليقبض روحك فقل له أخرني حتى أتوب توبة نصوحا وأعمل لله عملا صاحلا
Ibrahim: “Jika tiba malaikat maut mencabut nyawamu, katakanlah padanya: Tangguhkan untukku hingga saya bertaubat dengan sebenar-benar taubat, dan bersedekah shalih”
قال لا يقبل مني
Laki-laki: “Mana mungkin beliau mau memenuhi permintaanku”
قال يا هذا فأنت إذا لم تقدر أن تدفع عنك الموت لتتوب وتعلم أنه إذا جاء لم يكن له تأخير فكيف ترجو وجه الخلاص
Ibrahim: “Wahai pemuda, kalau kau tidak bisa menolak janjkematian untuk bisa bertaubat dan kau sudah tahu kalau maut tiba menjemput beliau mustahil bisa ditunda, lantas bagaimana bisa kau mengharap kesempatan bisa menyudahi kemaksiatan sebelum janjkematian (jika tidak segera bertaubat).”
قال هات الخامسة
Laki-laki: “Tunjukkan yang ke-lima”
قال إذا جاءتك الزبانية يوم القيامة ليأخذونك إلى النار فلا تذهب معهم
Ibrahim: “Apabila tiba kepadamu Zabaniyah (19 malaikat penyiksa di Neraka) pada hari Kiamat kelak, untuk menyeretmu ke Neraka, maka kau jangan mau ikut bersama mereka”
قال لا يدعونني ولا يقبلون مني
Laki-laki: “Mereka tentu mustahil meninggalkanku, dan tidak akan mau memenuhi permintaanku”
قال فكيف ترجو النجاة إذا
Ibrahim: “Lantas, bagaimana bisa kau mengharapkan keselamatan (dengan tetap bermaksiat)?”
قال له يا إبراهيم حسبي حسبي أنا أستغفر الله وأتوب إليه
Laki-laki: “Wahai Ibrahim, cukup.. cukup.. Aku memohon Ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”
ولزمه في العبادة حتى فرق الموت بينهما
Akhirnya pria itupun senantiasa menyertai Ibrahim bin Adham dalam ketaatan ibadah,hingga maut memisahkan mereka berdua.
Sungguh kisah yang menggetarkan pikiran dan perasaan orang-orang yang mau berfikir dan merenungi.
Yaa Rabb.. pantaskah debu yang hina ini, yang makan-minum masih dengan rizki-Mu, bernafas masih memakai udara-Mu, berpijak dan bersandar masih diatas bumi-Mu, untuk bermaksiat durhaka kepada-Mu. Meninggalkan apa-apa yang Engkau perintahkan, melanggar apa-apa yang Engkau larang, meninggalkan hukum-hukumMu. Bahkan menerapkan hukum-hukum selain hukum-Mu di bumi-Mu, dengan perantaraan rizki-rizki-Mu, dan terang-terangan dihadapanMu. Padahal tidak ada jaminan bagiku untuk bisa bertaubat kepada-Mu sebelum malaikat maut menjemputku, tidak pula ada peluang untuk lolos dari siksa malaikat-malaikat Zabaniyah-Mu.
Astaghfirullaahal‘Azhiim, wa atuubu ilaih
Malang, 10 Ramadhan1436 H
Azizi Fathoni K.
[www.al-khilafah.org

No comments:

Post a Comment